Nama |
: Hanif Fathin Ma'ruf |
Tempat Tanggal Lahir | : Banjarnegara,25 Febuari 1999 |
Alamat | : Kalimandi Rt 02/09 Purwareja Klampok |
Pekerjaan | : Pelajar |
Jenis Klamin | : Pria |
Website/Blog | : http://ceritapewayanganku.blogspot.co.id/ |
Hanif Fathin Ma'ruf
Rabu, 31 Agustus 2016
Profil Penulis
Bima Bungkus
Bima Bungkus
Jejer Ngastina. Duhkitaning Prabu Pandu lan Dewi Kunti jalaran lahire ponang jabang bayi kang awujud bungkus. Tan ana sanjata kang tumawa kanggo mbedah bungkus. Kurawa uga melu cawe-cawe arsa mecah bungkus, sanadyan amung lelamisan, bakune arsa nyirnaaken si bungkus. Wisiking dewa sang bungkus den bucal ing alas Krendawahana..
jejer hastina. sangat berduka prabu pandu dan dewi kunti karena kelahiran anak jabang bayi yang ebrwujud terbungkus. tak ada senjata yang mampu untuk memecah bungkus. kurawa juga ikut membantu selalu ingin mecah bungkus walopun cuma omong doangan saja, malah tujuan utamanya penegn membunuh snag bayi itu sendiri. dapat wangsit dewata bayi bungkus dibuang di hutan krendawahana
Ing pertapan Wukir Retawu Bagawan Abiyasa kasowanan Raden Permadi kang kaderekaken repat punakawan. “Kanjeng Eyang, kadi pundi nasibipun Kakang Bungkus, sampun sawetawis warsa mboten wonten suraos ingkang sae, bab menika Eyaang, andadosaken duhkitaning Kanjeng Ibu Kunti…”
di pertapaan wukir retawu begawan abyasa kedatangan raden permadi yang dikuti oleh punakawan.
“kakek bagaimana nasib kakak bungkus, sudah sampe beberapa tahun tak ada kabar baik mengenai ini eyangg, menjadikan dukanya ibu kunti”
Tartamtu Sang Winasis kang pancen luber ing pambudi sampun pirsa apa kang dadi lakon.
“Putuku nggeeer, Permadi, mangertiya jer kakangmu nembe nglakoni karmane, ing tembe kakangmu Si Bungkus bakal dadi satriya utama, lan bakal oleh apa kang sinebut wahyu jati…”
tentu saja sang winasis yang emmang dipenuhi oleh budi luhur sudah mengetahui apa yang jadi lelakon.
“cucuku ngger, permadi, mengertilah kalo kakakmu lagi menjalani karmanya, di kemudian hari kakamu si bungkus akan jadi satria utama dan bakal emndapat apa yang disebut wahyu jati”
Anane Si Bungkus ndadekake gegering suralaya. Bumi gonjang ganjing kadya binelah, samodra asat.
Ing Suralaya, Batara Guru nimbali Gajahsena, putra sang batara kang awujud gajah, kinen mecah si bungkus saengga dadi sejatining manungsa. Sang Guru ugi angutus Dewi Umayi kinen nggladhi kawruh babagan kautaman marang si bungkus.
adanya bungkus menjdikan gegernya suralaya. bumi gonjang ganjing seperti dibelah. lautan menjadi kering. di suralaya batara guru memanggil gajah sena putra sang batara yang berwujud gajah untuk memecah si bungkus sehingga menjadi sejatining menungso. sang guru juga mengutus dewi umayi untuk melatih tentang kautaman kepada si bungkus
Purna anggennya peparing ajaran marang si bungkus, Dewi Umayi aparing busana arupa cawat bang bintulu abrit, ireng, kuning, putih, pupuk, sumping, gelang, porong, lan kuku Pancanaka.
setelah memebrikan pengajaran kepada si bungkus, dewi umayi memberikan buana berupa cawet bang bintulu merah, itam, kuning, putih, pupuk, sumping, gelang, porong dan kuku pancanaka.
Salajengipun, Gajahsena mbuka bungkus. Pecahing bungkus dados sapatemon kekalihipun, kagyat dados lan perangipun. Binanting sang Gajahsena. Sirna jasad sang gajah. Roh lan daya kekiatanipun manjing jroning angga sang bungkus.
selanjutnya gajahsena membuka bungkus, pecahnya bungkus jadi ktemunya keduanya, kaget lalu terjadi perang. dibantinglah gajah sena. sirna jasah gajah. roh dan daya kekuatanya manjing dalam badan si bungkus
Praptene Betara Narada.
Si Bungkus tumakon marang Sang Kabayandewa, “Heemmm, aku iki sopoh?”
datanglah bhatara narada,
si bungkus bertanya pada sang kabayadewa,”heeem, aku ini siapa?
“Perkencong, perkencong waru doyong, ngger, sira kuwi sejatine putra nomor loro ratu ing Amarta Prabu Pandudewanata. Sira lahir awujud bungkus, lan kersaning dewa sira kudu dadi satriya utama…, lan sira tak paringi tetenger Bratasena ya ngger…”
perkencong perkencong waru doyong, ngger kamu itu sejatinya putra nomer dua dari raja dimarta prabu pandu dewanata. kamu lhir berwujud bungkus, dan kemauan dewata kamu menjadi satria utama, dan kamu kukaish nama bratasena ya ngger”
Rawuhipun Ratu saking Tasikmadu kang nyuwun senjata pitulungan marang Bratasena kinen nyirnakaken raja raseksa aran Kala Dahana, Patih Kala Bantala, Kala Maruta lan Kala Ranu. Para raseksa sirna. Sekakawan kekiatan saking raseksi wau nyawiji marang Raden Bratasena, inggih punika kekiatan Geni, Lemah, Angin lan Banyu.
datanglah ratu dari tasikmadu yang meminta pertolongan kepada bratasena untuk emnyirnakan raja raksesa bernama kala dahana. patih kala bantala, kala maruta dan kala ranu. para raksasa sirna. dan semua kekuatan para raksasa tadi menyatu dlm tubuh raden bratasena, itulah kekuatan api, tanah, angin dan air
sumber : http://caritawayang.blogspot.co.id/2015/03/bima-bungkus-bahasa-jawa-dan-indonesia.html
Selasa, 30 Agustus 2016
Bawor Dadi Ratu
Bawor Dadi Ratu
Saya akan menceritakan tentang wayang punakawan yang menjadi Ratu.Ini memang tidak ada
di pakem , tetapi cerita ini sering di bawakan oleh dalang ,terutama dari Banyumas.
Ceritanya sangat panjang tetapi akan saya rangkum sehingga teman teman tidak bosan.Bawor punya nama lain yaitu bagong, tetapi akan saya sebut saja Bawor seorang punakawan di keluarga Pandawa.Dalam cerita wayang sebelum bawor keluar maka akan saya ceritakan keadaan di dwarawati kerajaannya Kresna.
Hari itu di pendopo agung Batara Kresna kedatangan tamu yaitu Raden Gatutkaca ,dimana dia sedang mencari ayahnya dan pamannya Harjuna yang pergi tidak pulang pulang tapi bukan bang toyib loh.Kebetulan disitu berkumpul putra Kresna yaitu Samba. Dan ada juga Setyaki dan Udawa.
belum lama mereka bercakap-cakap kedatangan tamu yang berwujud Raksasa.Raksasa tersebut di perintahkan oelh rajanya untuk meminjam senjata "Kembang Wijaya Kusuma" milik Kresna.
Kalau tidak boleh dipinjam, mau dibeli ,kalau ngga boleh juga akan di ambil paksa.
Mendengar demikian Samba merasa tersinggung ,dengan segera Samba menarik Raksasa itu keluar pendopo. Rupanaya diluar istana sudah ada ratusan pasukan raksasa mengepung kerajaan. Dengan lantang Samba berteriak" Hay,Raksasa,kembang wijaya kusuma tidak usah dijual tetapi tukaran saja.saya tukar kembang wijaya kusuma dengan kepalamu, jadi kamu pulang tidak perlu bawa kepala."
Demi mendengar demikian maka tanpa pikir panjang raksasa dan bala tentara mengroyok Samba.dan setelah itu terjadi pertempuran yang sangat hebat.Gatutkaca ikut bertempur, Udawa dan setyaki jug ikut ambil bagian emang BLT.
Rupanya Raksasa itu bukanlah lawan Samba , ia dibuat babak belur dan terbanting -banting.
raksasa ini mempunyai punakawan yaitu Togog dan Sarawita sebagai penasehat dijalan yang ngga bener. Diantaranya adalah menyarankan agar Raksasa itu , atau dikenal dengan nama Patih Tulonggomoyo untuk merubah wujud menjadi Samba dan menyelinap ke Kaputren ketemu dengan Dewi Jembawati, untuk mengambil kembang wijaya kusuma atas perintah Kresna bahwa Samba terbunuh.
Siasat itu ternyata berhasil dengan mulus dan akhirnya kembang wijayakusuma berpindah tangan pada Patih Tulonggomoyo..
Nah cerita selanjutnya adalah kita beralih pada istana Hastina dimana ada Resi Durna yang terkenal cerdik dan licik sedang dirundung asmara. dimana ia menyukai salah seorang istri Harjuna yaitu Dewi Srikandi. Tanpa diduga dan dinyana istana kepatihan seperti ada gempa karena kedatangan tamu tak diundang. Seorang raksasa berbadan besar dan berambut gimbal tiba tiba memasuki kepatihan.
Raksasa ini bernama Patih Tulonggo Deswi, ia adalah kakak kandung Patih Tulonggomoyo,yang sedang mengemban tugas dari rajanya.Patih tulonggo deswi disuruh menculik resi Durna untuk dijadikan badut dan juga akan disuruh narik kereta yang dinaiki oleh rajanya.Tanpa babibu lagi raksasa yang sudah tahu wajahnya Durna langsung menyambarnya, bagaikan elang menyambar anak ayam langsung melesat terbang dan hilang dari pandangan mata.
Berita hilangnya Resi Durna sampai ke telinga Harjuna,maka ia sebagai muridnya berkewajiban mencari sang guru.
Harjuna adalah salah satu putra PAndawa yang terbaik.Dengan kesaktiannya maka Ia segara menemukan Raksasa yang membawa Resi Durna.Terjadilah pertempuran yang sangat seru untuk memperebutkan Resi Durna.Rupanya sekitar pertempuran ada sepasang mata yang tidak bisa berkedip memandang dengan seksama pertempuran itu.Ia adalah BAWOR choy,abdi Harjuna.Setelah HArjuna berhasil merebut dan membuat sang raksasa babak belur dan lari tunggang langgang, maka Harjuna segera menuju arah Bawor,karena Harjuna walaupun sibuk berperang melawan Raksasa,ia masih bisa melihat siapa yang ada di sekelilingnya.
"bawor ,ini Resi Durna aku titip dulu di jaga ya , aku mau mengejar raksasa itu." belum sempat Bawor menjawab ,HArjuna sudah hilang dari pandangan mata.
REsi Durna merasa senang sudah ada yang melindungi."Bawor aku senang kamu mau menjaga aku".Nampaknya ini adalah awal dari sebuah cerita Bawor dadi ratu.Karena tak diduga Bawor melawan perintah Harjuna atau sama saja tidak mau menjaga Durna.
"Hay , Durna,kamu sudah menyengsarakan para Bendaraku. aku tak sudi untuk menjagamu.kalau perlu ada orang mau beli aku jual.aku dah sebel lihat muka mu kang durna."
Rupanya Patih Tulonggo Deswi pintar sehingga ia tidak bisa terkejar oleh Harjuna, dan dia segera mendekati Bowor yang sedang memegang Durna.
"Hay , orang jelek kasih ngga Durna padaku, kalau ngga aku bikin kamu jadi pergedel."mendengar gertakan Raksasa, Bawor tidak gentar."hay Raksasa, boleh kamu ambil Durna tetapi harus dibawar."setelah transaksi selesai maka segara Durna dibawa kabur kenegaranya.
Tidak berapa lama , ketika Bawor sedang menghitung duit, datanglah Harjuna "hay Bawor duit apa itu, dan dimana Resi Durna."Bawor adalah orang yang jujur tetapi agak bodoh."sudah saya jual Raden,kalau perlu duitnya kita bagi dua , randen yang kulak, saya yang jual"Muka Harjuna merah padam menahan amarah."Bawor, kamu berani menjual Resi Durna,menjual Resi Durna berarti merendahkan Drajat Resi Durna."kalau memang itu maumu aku hajar kamu Bawor".
Sudah bisa di duga , Bawor menjadi bulan-bulanan Harjuna,dan akhirnya."Hay , Bawor kamu harus minggat dari sini kalau tidak aku penggal kepalamu.
Bawor dengan terpaksa meninggalkan Harjuna dari pada mau dibunuh, tanpa pamit pada bapaknya Semar dan kedua saudaranya Petruk dan Gareng
di pakem , tetapi cerita ini sering di bawakan oleh dalang ,terutama dari Banyumas.
Ceritanya sangat panjang tetapi akan saya rangkum sehingga teman teman tidak bosan.Bawor punya nama lain yaitu bagong, tetapi akan saya sebut saja Bawor seorang punakawan di keluarga Pandawa.Dalam cerita wayang sebelum bawor keluar maka akan saya ceritakan keadaan di dwarawati kerajaannya Kresna.
Hari itu di pendopo agung Batara Kresna kedatangan tamu yaitu Raden Gatutkaca ,dimana dia sedang mencari ayahnya dan pamannya Harjuna yang pergi tidak pulang pulang tapi bukan bang toyib loh.Kebetulan disitu berkumpul putra Kresna yaitu Samba. Dan ada juga Setyaki dan Udawa.
belum lama mereka bercakap-cakap kedatangan tamu yang berwujud Raksasa.Raksasa tersebut di perintahkan oelh rajanya untuk meminjam senjata "Kembang Wijaya Kusuma" milik Kresna.
Kalau tidak boleh dipinjam, mau dibeli ,kalau ngga boleh juga akan di ambil paksa.
Mendengar demikian Samba merasa tersinggung ,dengan segera Samba menarik Raksasa itu keluar pendopo. Rupanaya diluar istana sudah ada ratusan pasukan raksasa mengepung kerajaan. Dengan lantang Samba berteriak" Hay,Raksasa,kembang wijaya kusuma tidak usah dijual tetapi tukaran saja.saya tukar kembang wijaya kusuma dengan kepalamu, jadi kamu pulang tidak perlu bawa kepala."
Demi mendengar demikian maka tanpa pikir panjang raksasa dan bala tentara mengroyok Samba.dan setelah itu terjadi pertempuran yang sangat hebat.Gatutkaca ikut bertempur, Udawa dan setyaki jug ikut ambil bagian emang BLT.
Rupanya Raksasa itu bukanlah lawan Samba , ia dibuat babak belur dan terbanting -banting.
raksasa ini mempunyai punakawan yaitu Togog dan Sarawita sebagai penasehat dijalan yang ngga bener. Diantaranya adalah menyarankan agar Raksasa itu , atau dikenal dengan nama Patih Tulonggomoyo untuk merubah wujud menjadi Samba dan menyelinap ke Kaputren ketemu dengan Dewi Jembawati, untuk mengambil kembang wijaya kusuma atas perintah Kresna bahwa Samba terbunuh.
Siasat itu ternyata berhasil dengan mulus dan akhirnya kembang wijayakusuma berpindah tangan pada Patih Tulonggomoyo..
Nah cerita selanjutnya adalah kita beralih pada istana Hastina dimana ada Resi Durna yang terkenal cerdik dan licik sedang dirundung asmara. dimana ia menyukai salah seorang istri Harjuna yaitu Dewi Srikandi. Tanpa diduga dan dinyana istana kepatihan seperti ada gempa karena kedatangan tamu tak diundang. Seorang raksasa berbadan besar dan berambut gimbal tiba tiba memasuki kepatihan.
Raksasa ini bernama Patih Tulonggo Deswi, ia adalah kakak kandung Patih Tulonggomoyo,yang sedang mengemban tugas dari rajanya.Patih tulonggo deswi disuruh menculik resi Durna untuk dijadikan badut dan juga akan disuruh narik kereta yang dinaiki oleh rajanya.Tanpa babibu lagi raksasa yang sudah tahu wajahnya Durna langsung menyambarnya, bagaikan elang menyambar anak ayam langsung melesat terbang dan hilang dari pandangan mata.
Berita hilangnya Resi Durna sampai ke telinga Harjuna,maka ia sebagai muridnya berkewajiban mencari sang guru.
Harjuna adalah salah satu putra PAndawa yang terbaik.Dengan kesaktiannya maka Ia segara menemukan Raksasa yang membawa Resi Durna.Terjadilah pertempuran yang sangat seru untuk memperebutkan Resi Durna.Rupanya sekitar pertempuran ada sepasang mata yang tidak bisa berkedip memandang dengan seksama pertempuran itu.Ia adalah BAWOR choy,abdi Harjuna.Setelah HArjuna berhasil merebut dan membuat sang raksasa babak belur dan lari tunggang langgang, maka Harjuna segera menuju arah Bawor,karena Harjuna walaupun sibuk berperang melawan Raksasa,ia masih bisa melihat siapa yang ada di sekelilingnya.
"bawor ,ini Resi Durna aku titip dulu di jaga ya , aku mau mengejar raksasa itu." belum sempat Bawor menjawab ,HArjuna sudah hilang dari pandangan mata.
REsi Durna merasa senang sudah ada yang melindungi."Bawor aku senang kamu mau menjaga aku".Nampaknya ini adalah awal dari sebuah cerita Bawor dadi ratu.Karena tak diduga Bawor melawan perintah Harjuna atau sama saja tidak mau menjaga Durna.
"Hay , Durna,kamu sudah menyengsarakan para Bendaraku. aku tak sudi untuk menjagamu.kalau perlu ada orang mau beli aku jual.aku dah sebel lihat muka mu kang durna."
Rupanya Patih Tulonggo Deswi pintar sehingga ia tidak bisa terkejar oleh Harjuna, dan dia segera mendekati Bowor yang sedang memegang Durna.
"Hay , orang jelek kasih ngga Durna padaku, kalau ngga aku bikin kamu jadi pergedel."mendengar gertakan Raksasa, Bawor tidak gentar."hay Raksasa, boleh kamu ambil Durna tetapi harus dibawar."setelah transaksi selesai maka segara Durna dibawa kabur kenegaranya.
Tidak berapa lama , ketika Bawor sedang menghitung duit, datanglah Harjuna "hay Bawor duit apa itu, dan dimana Resi Durna."Bawor adalah orang yang jujur tetapi agak bodoh."sudah saya jual Raden,kalau perlu duitnya kita bagi dua , randen yang kulak, saya yang jual"Muka Harjuna merah padam menahan amarah."Bawor, kamu berani menjual Resi Durna,menjual Resi Durna berarti merendahkan Drajat Resi Durna."kalau memang itu maumu aku hajar kamu Bawor".
Sudah bisa di duga , Bawor menjadi bulan-bulanan Harjuna,dan akhirnya."Hay , Bawor kamu harus minggat dari sini kalau tidak aku penggal kepalamu.
Bawor dengan terpaksa meninggalkan Harjuna dari pada mau dibunuh, tanpa pamit pada bapaknya Semar dan kedua saudaranya Petruk dan Gareng
sumber : http://abbasdoing.blogspot.co.id/2009/08/bawor-dadi-ratu-saya-akan-menceritakan.html
Minggu, 28 Agustus 2016
Peksi Jatayu
Peksi Jatayu
JATAYU adalah burung garuda yang dapat berbicara seperti manusia. Garuda Jatayu adalah putra ketiga Resi Briswawa, yang berarti masih keturunan langsung Dewi Brahmanistri, putri Bathara Brahma. Ia mempunyai tiga saudara kandung masing-masing bernama ; Garuda Harna, Garuda Brihawan dan Garuda Sempati.
Jatayu bersahabat karib dengan Prabu Dasarata, raja negara Ayodya. Mereka bersahabat sejak kecil, karena kakek Prabu Dasarata, Bathara Kandikota bersahabat karib dengan Resi Briswawa. Ketika Jatayu mendengar jeritan Dewi Sinta yang menyebut-nyebut nama Ramawijaya dan negara Ayodya, tahulah Jatayu bahwa wanita yang dikempit oleh Prabu Dasamuka terbang di atas hutan Dandaka adalah menantu Prabu Dasarata. Dengan mengerahkan seluruh kesaktian dan kemampuannya, Jatayu berusaha merebut Dewi Sinta dari tangan Prabu Dasamuka. Tapi Prabu Dasamuka yang memiliki Aji Rawarontek dan Pancasona tidak terkalahkan. Tubuh Jatayu mengalami luka parah dan kedua sayapnya putus oleh sabetan pedang Prabu Dasamuka.
Namun dalam keadaan tak berdaya, disaat menjelang ajal, Jatayu masih sempat bertemu dengan Ramawijaya, dan memberitahukan keberadaan Dewi Sinta yang diculik Prabu Dasamuka, raja negara Alengka
Namun dalam keadaan tak berdaya, disaat menjelang ajal, Jatayu masih sempat bertemu dengan Ramawijaya, dan memberitahukan keberadaan Dewi Sinta yang diculik Prabu Dasamuka, raja negara Alengka
sumber : http://caritawayang.blogspot.co.id/2015/05/jatayu.html
Srikandi Meguru Manah
Srikandi Meguru Manah
Srikandhi seorang gadis remaja, yang cantik jelita. Banyak para jejaka satria dari negara negara luar datang ingin melamar dewi Srikandhi,, diantaranya Prabu Jungkungmardeya dari Negeri Paranggubarjo Sanpai sampai Pandita Durna pun datang melamarnya.
Karena kebingungan, menjadikan Srikandhi lari dari istana, dan menemui Arjuna, Srukandhi memang jatuh cinta dengan Arjuna sejak Arjuna mengikuti sayembara Gandamana, dimana Arjuna mengikuti Sayembara memanahnya, Srikandhi merasa senang ada alasan ingin belajar memanah. Arjuna pun dengan senang hati menerima kedatangan Srikandhi belaajar memanah, kesempatan bagi Arjuna untuk mencuri hati Srikandhi,demikian pula Srikandhi merasakan hangat apabila dekat dengan Arjuna.
Hal itu menjadikan istri Arjuna, yang bernama Sembadra nenjadi cemburu dan sakit hati. Iapun mekaporkan keberadaan Srikandhi di Madukara kepada, kakaknya Srikandhi, yaitu Drupadi. Drupadi pun datang, Srikandhi dihajarnya, Drupadi mnganggap kehadiran Srikandhi di Madukara, merupakan perbuatan wanita yang tidak baik, melanggar kesusilaam dan merusak pager ayu, merusak rumah tangga orang lain.
Srikandhi pun pulang dengan kemarahan dan kebencian, sedangkan jiwa Srikandhi masih dalam keadaan yang masih labil, menjadikan kehilangan kesadaran. Ia menjadi gila. Ia melepas seluruh pakaian puteri raja, Ia memakai baju biyung emban, memakai bedak dari wedak adem, sehingga wajahnya menjadi pating clemot. Dan ia menambahkan bunga bunga besar disanggulnya, Biyung emban sudah tidak bisa menolong gustinya. Srikandhi kadang kadang menangis, kadang kadang ketawa, Dan melonjak lonjak seperti orang kesurupan. Ketika mbok emban menarik tangan Srikandhi, Srikandhi mberot melepaskan diiri dan lari dari istana, membikin seisi istana panik. Mendengar kabar adiknya, Srikandhi hilang akalnya,
Dewi Drupadi meminta Arjuna bertanggung jawab. Arjuna harus mencari Srikandhi dan dibawa pulang ke Pancala. Arjuna pun berangkat mencari Srikandhi bersama dengan para punakawan, Semar, Gareng, Petruj dan Bagong. Merekapun bertemu dengan Srikandhi yang sedang menangis, dan di tonton anak anak kecil. Arjuna menyadarkan Srikandhi, namun Srikandhi makin menjadi jai, ia meloncat loncat dan menari nari, dan biasanya dalam panggung wayang, musiknya gamelan reog.
Menjadikan Srikandhi tambah gila. Ia menari nari seperti kesurupan. Setelah kecapekan, Srikandhi, baru sadar dan ia senang sekali Arjuna ada di dekatnya. Srikandhi tidak mau melepaskan pelukannya. Akhirnya Arjuna berhasil membawa kembali ke Pancala, dengan syarat, Arjuna mau mengikuti sayembara yang aakan diadakam pleh Srikandhi. Arjuna dengan senang akan mengikutinya, Sesampai di Istana Pancala.
Arjuna menyerahkan Srikandhi kepada kedua orang tuanya. Srikandhi akhirnya berujar, siapa saja yang bisa mermindahkan taman Maerakaca dari Kahyangan Cakrakembang ke Panncala, maka Srikandhi mau menjadi isterinya.
Banyak raja raja, serta para satria, juga para Pendita, termasuk pendita Durna tidak bisa memenuhinya, pulanglah mereka ke negara masing masing. Hanya tinggal satu, seorang raja dari Paranggubarjo yaiyu Prabu Jungkungmardeya, yang masuk menyelinap ke dalam kraton Pancala.
Untuk dapat memenuhi permintaan Srikandhi, maka Arjuna pun naik ke kahyangan Cakrakembang, menemui Bathra Kamajaya, Arjuna menemui Batara Kamajaya, Arjuna ininta bantuannya agar Bathara Kamajaya dapat memberikan Taman Maerakaca, agar dipindahkan ke Negeri Pancala.
Akhirnya Arjuna memenangkan sayembara Srikandhi. Ketika akan menemui Srikandhi, Srikandhi tak ada di tempat. Arjuna merasakan bau tidak sedap,maka Arjuna pun memakai minyak Jayengkaton.Setelah memakai minyak Jayengkaton. Arjuna mengettahui Srikandhi sedang dilarikan seorang raja, Prabu Jungkungmardeya
Karena kebingungan, menjadikan Srikandhi lari dari istana, dan menemui Arjuna, Srukandhi memang jatuh cinta dengan Arjuna sejak Arjuna mengikuti sayembara Gandamana, dimana Arjuna mengikuti Sayembara memanahnya, Srikandhi merasa senang ada alasan ingin belajar memanah. Arjuna pun dengan senang hati menerima kedatangan Srikandhi belaajar memanah, kesempatan bagi Arjuna untuk mencuri hati Srikandhi,demikian pula Srikandhi merasakan hangat apabila dekat dengan Arjuna.
Hal itu menjadikan istri Arjuna, yang bernama Sembadra nenjadi cemburu dan sakit hati. Iapun mekaporkan keberadaan Srikandhi di Madukara kepada, kakaknya Srikandhi, yaitu Drupadi. Drupadi pun datang, Srikandhi dihajarnya, Drupadi mnganggap kehadiran Srikandhi di Madukara, merupakan perbuatan wanita yang tidak baik, melanggar kesusilaam dan merusak pager ayu, merusak rumah tangga orang lain.
Srikandhi pun pulang dengan kemarahan dan kebencian, sedangkan jiwa Srikandhi masih dalam keadaan yang masih labil, menjadikan kehilangan kesadaran. Ia menjadi gila. Ia melepas seluruh pakaian puteri raja, Ia memakai baju biyung emban, memakai bedak dari wedak adem, sehingga wajahnya menjadi pating clemot. Dan ia menambahkan bunga bunga besar disanggulnya, Biyung emban sudah tidak bisa menolong gustinya. Srikandhi kadang kadang menangis, kadang kadang ketawa, Dan melonjak lonjak seperti orang kesurupan. Ketika mbok emban menarik tangan Srikandhi, Srikandhi mberot melepaskan diiri dan lari dari istana, membikin seisi istana panik. Mendengar kabar adiknya, Srikandhi hilang akalnya,
Dewi Drupadi meminta Arjuna bertanggung jawab. Arjuna harus mencari Srikandhi dan dibawa pulang ke Pancala. Arjuna pun berangkat mencari Srikandhi bersama dengan para punakawan, Semar, Gareng, Petruj dan Bagong. Merekapun bertemu dengan Srikandhi yang sedang menangis, dan di tonton anak anak kecil. Arjuna menyadarkan Srikandhi, namun Srikandhi makin menjadi jai, ia meloncat loncat dan menari nari, dan biasanya dalam panggung wayang, musiknya gamelan reog.
Menjadikan Srikandhi tambah gila. Ia menari nari seperti kesurupan. Setelah kecapekan, Srikandhi, baru sadar dan ia senang sekali Arjuna ada di dekatnya. Srikandhi tidak mau melepaskan pelukannya. Akhirnya Arjuna berhasil membawa kembali ke Pancala, dengan syarat, Arjuna mau mengikuti sayembara yang aakan diadakam pleh Srikandhi. Arjuna dengan senang akan mengikutinya, Sesampai di Istana Pancala.
Arjuna menyerahkan Srikandhi kepada kedua orang tuanya. Srikandhi akhirnya berujar, siapa saja yang bisa mermindahkan taman Maerakaca dari Kahyangan Cakrakembang ke Panncala, maka Srikandhi mau menjadi isterinya.
Banyak raja raja, serta para satria, juga para Pendita, termasuk pendita Durna tidak bisa memenuhinya, pulanglah mereka ke negara masing masing. Hanya tinggal satu, seorang raja dari Paranggubarjo yaiyu Prabu Jungkungmardeya, yang masuk menyelinap ke dalam kraton Pancala.
Untuk dapat memenuhi permintaan Srikandhi, maka Arjuna pun naik ke kahyangan Cakrakembang, menemui Bathra Kamajaya, Arjuna menemui Batara Kamajaya, Arjuna ininta bantuannya agar Bathara Kamajaya dapat memberikan Taman Maerakaca, agar dipindahkan ke Negeri Pancala.
Akhirnya Arjuna memenangkan sayembara Srikandhi. Ketika akan menemui Srikandhi, Srikandhi tak ada di tempat. Arjuna merasakan bau tidak sedap,maka Arjuna pun memakai minyak Jayengkaton.Setelah memakai minyak Jayengkaton. Arjuna mengettahui Srikandhi sedang dilarikan seorang raja, Prabu Jungkungmardeya
Maka terjadilah perkelahian antara Arjuna dengan Prabu Jungkungmardeya. Dalam perkelahian itu Prabu Jungkungmardeya pun tewas.Patih Jayasudarga tidak merelakan kematian rajanya, maka Patih Jaya sudarga ikut belapati,
Patih Jayasudarga pun tewas menyusul kemetian Prabu Jungkungmardeya..Acara pernikahan Arjuna dan Srikandhi pun di laksana kan, Semua bahagia, kecuali Sembadra yang sakit hati melihat suaminya bersanding dengan orang lain.
sumber : http://srikandhibelajarmemanah.blogspot.co.id/
Rama Tambak
Rama Tambak
Rama Wijaya termangu sedih ketika mendapati kenyataan tak seindah impian. Bayangan Sinta, istri yang sangat dicintainya perlahan memudar dari benaknya, terpagut hempasan ombak samudra yang terbentang di hadapannya. Prabu Sugriwa, Lesmana, Anoman, Anila, Anggada, dan seluruh pasukan kera yang ada pun tak mampu berbuat banyak untuk membuat Sri Rama tersenyum.
Gejolak kerinduan junjungannya kepada sang istri bagai sembilu yang menyayat hati. Sebagai senopati perang, ingin sekali rasanya Anoman beraksi dan membawa terbang Rama menyeberangi samudra. Tapi Anoman sadar, jika perang dengan wadya bala Alengka harus dilakoni dengan cara yang ksatria. Akan tetapi, samudra Hindia yang membentang di depan mata dihuni ribuan pasukan raksasa air yang nggegirisi. Sungguh sebuah perbuatan konyol dan bunuh diri jika membiarkan pasukan kera yang tak bisa berenang menceburkan diri ke dalam samudra. Namun alam berkehendak lain. Di tengah keputusasaan Sri Rama, muncullah Hyang Baruna dewanya para ikan dan hewan laut. Baruna paham masalah apa yang dihadapi Rama.
Dengan segenap keberanian yang dimilikinya, Baruna pun mengingatkan Rama Wijaya untuk tak lagi putus asa dan ragu-ragu dalam bertindak. Karena sebagai seorang pemimpin, keraguan dan keputusasaan adalah jurang kematian yang siap merenggut nyawa rakyat yang dipimpinnya. Sadar telah salah dalam berpikir, Rama pun kembali bangkit. Dan dengan bantuan Baruna, Sri Rama pun bahu membahu bersama para pasukan kera melakukan sebuah mega proyek yaitu membuat bendungan (jawa = tambak) untuk membentung lautan sebagai jembatan untuk menyebrang ke Alengka.
Sementara itu, mata-mata Alengka, Kala Marica melaporkan kepada Prabu Rahwana tentang rencana pembangunan bendungan tersebut. Prabu Dasamuka merasa cemas dengan rencana Prabu Rama tersebut. Mendengar itu, Prabu Dasamuka memerintahkan Detya Kala Yuyu Rumpung untuk membawa seluruh pasukan raksasa kepiting yang ada di Samodera Hindia, untuk menghancurkan jembatan buatan pasukan wanara Pancawati.
Yuyu Rumpung berwujud raksasa berkepala ketam (jawa =yuyu). Ia adalah salah satu punggawa kerajaan Alengka yang oleh Prabu Dasamuka ditempatkan di dalam samodra. Yuyurumpung sangat sakti. Ia dapat hidup di dalam air dan darat.
Detya Kala Yuyu Rumpung siap melaksanakan perintah Prabu Dasamuka. Ia akan mengerahkan seluruh yuyu rumpung di Samodera Hindia, untuk menggagalkan pembangunan jembatan Prabu Rama. Berangkatlah Detya Kala Yuyu Rumpung ke Samodera Hindia. Tentu saja Detya Kala Marica ikut pergi ke Samodera Hindia, mengawasi jalannya eksekusi pasukan Prabu Dasamuka pada jembatan Prabu Rama.
Sementara itu di Pancawati, Prabu Rama sedang berembug dengan Narpati Sugriwa, Laksmana, Anoman, Anggada, Anila dan para punggawa yang lain. Prabu Rama merencanakan pembuatan tanggul di Samudera Hindia, dari Pancawati sampai tanah Alengka, untuk membawa pasukan Pancawati sebanyak-banyaknya.
Akhirnya mereka mulai membendung samudera Hindia. Para pasukan kera Pancawati bahu-membahu membuat bendungan dengan batu dan batang pohon dari hutan di sekitar Pancawati. Namun belum sampai ke Alengka tanggul itu selalu jebol dan hancur. Pasukan Prabu Rama menjadi putus asa. Belum tahu langkah apa yang harus dilakukan,
Tidak lama kemudian Prabu Rama kedatangan tamu dari Alengka, yaitu Wibisana. Prabu Rama merasa senang dengan kehadiran Wibisaba, yang mau bergabung dengan Prabu Rama. Prabu Rama bersedia memberikan fasilitas Kerajaan Pancawati.Wibisana sehari harian diperbolehkan menggunakan apa yang ada di Pancawati. Wibisaana mendapatkan tenda tersendiri, yang letaknya bersebelahan dengan tenda Prabu Rama dan Laksmana.
Sebagai tanda baktinya kepada Prabu Rama, Wibisana membantu pembuatan jembatan dari Pantai Pancawati sampai ke negeri Alengka. Dalam waktu sekejab Wibisana menciptakan jembatan yang kokoh dan kuat. Anoman kemudian mencoba jembatan yang baru diciptakan Wibisana.
Belum beberapa lama jembatan itu dicoba oleh Anoman, jembatan itu ambrol dan hancur. Jembatan ciptaan Wibisana menjadi runtuh. Disaat seperti ini Wibisana bagai teruji kesetiaannya pada Prabu Rama. Beberapa tokoh senapati meminta agar Wibisana diusir saja dari Pancawati, karena bisa saja niat Wibisana mau menghancurkan Pancawati dari dalam. Wibisana tak bisa berbuat apa apa. Pikirannya melayang kembali kekakaknya, Prabu Dasamuka, Wibisana berpikiran lebih baik tinggal di Alengka, dari pada setelah meninggalkan tanah kelahirannya, ternyata sesampai di tempat Prabu Rama yang asing baginya, dianggap mata-mata musuh. Dalam hatinya menangis, teringat pula kakaknya, Kumbakarna yang sempat mau mengikuti kepergiannya. Wibisana terdesak pikiran-pikiran yang mestinya tidak perlu. Akan tetapi Prabu Rama menyatakan bahwa ia tetap percaya pada Wibisana.
Prabu Rama percaya pada Wibisana, karena Wibisaba pasti mengetahui seluk beluk pertahanan Alengkadiraja.
Persoalan selalu runtuhnya bendungan tersebut oleh Prabu Rama diserahkan pada Wibisana. Menurut perkiraan Wibisana, keruntuhan-keruntuhan yang terjadi pada jembatan tersebut, akibat ulah pasukan Prabu Dasamuka. Wibisana meminta Prabu Rama untuk mengerahkan seluruh kera kera Yuyu Kingkin, yang berada di hutan Pancawati, ke Jembatan Situbanda yang telah dibuat Perajurit Pancawati. Kapi Yuyu Kingkin siap akan mengerahkan ribuan kera yuyu kingkin di hutan Pancawati mengusir pengganggu dari Alengka. Kapi Yuyu Kingkin adalah satu satu satu nya jenis kera, yang mempunya capit yuyu yang kuat, sanggup menyelam berjam-jam di dalam Samodera.
Dalam melakukan operasi tesebut, ditugaskan pula Kapi Sarpacitra untuk membatu. Kapi sarpacitra adalah kera pujaan Batara Cakra, seorang dewa yang juga berkedudukan sebagai pujangga kayangan. Ia berwujud kera berkepala ular dan memiliki ekor yang sangat panjang.
Pasukan Pancawati pun bertindak. Kapi Yuyu Kingkin beserta pasukan dan Kapi Sarpacitra menyelam ke dasar lautan. Benar saja sesuai perkiraan Wibisana, tambak yang dibangun ternyata dirusak oleh pasukan Alengka yang dipimpin Kala Yuyu Rumpung. Pasukan Kapi Yuyu Kingkin berhasil mengalahkan bala Alengka, Pasukan Yuyu Rumpung sebagian tewas dan yang masih hidup menyelamatkan diri.
Sementara itu sang komandan, Kapi Yuyu Kingkin dan Kapi Sarpacitra berhadapan dengan Kala Yuyu Rumpung. Karena kuwalahan menghadapi Kala Yuyu Rumpung di dalam air, Kapa Sarpacitra melilit tubuh Yuyu Rumpung dengan ekornya yang panjang dan dibawa ke daratan. Kapi Yuyu Kingkin pun ikut kembali ke daratan. Pertempuran pun kembali berlanjut. Ternyata di darat Yuyu Rumpung tak sehebat jika bertarung di dalam air dan akhirnya tewas di tangan Kapi Yuyu Kingkin.
Sesudah tidak ada lagi gangguan dari pasukan Alengka, Pasukan Pancawati dan Wibisana, melanjutkan pembuatan jembatan Situbanda, dengan bahu membahu dalam membuat jembatan ke Alengka, maka jadilah tanggul itu dan akhirnya pasukan kera yang jumlahnya ribuan itu bisa diberangkatkan ke Alengka Diraja. Mereka termasuk para kera ciptaan Dewa, seperti Cucak Rawun, Endrajanu, Bakliwinata, Baliwisata, Indrajanu, serta lainnya berbaris rapi, bagaikan tentara yang perkasa, siap ke medan laga, menjemput maut, demi membela kebenaran. Jembatan ini dikenal dengan Jembatan Situbondo. Dan konon jembatan yang menghubungkan India dengan Srilangka, masih ada, yang menyerupai pulau pulau kecil di ujung Srilangka.
Gejolak kerinduan junjungannya kepada sang istri bagai sembilu yang menyayat hati. Sebagai senopati perang, ingin sekali rasanya Anoman beraksi dan membawa terbang Rama menyeberangi samudra. Tapi Anoman sadar, jika perang dengan wadya bala Alengka harus dilakoni dengan cara yang ksatria. Akan tetapi, samudra Hindia yang membentang di depan mata dihuni ribuan pasukan raksasa air yang nggegirisi. Sungguh sebuah perbuatan konyol dan bunuh diri jika membiarkan pasukan kera yang tak bisa berenang menceburkan diri ke dalam samudra. Namun alam berkehendak lain. Di tengah keputusasaan Sri Rama, muncullah Hyang Baruna dewanya para ikan dan hewan laut. Baruna paham masalah apa yang dihadapi Rama.
Dengan segenap keberanian yang dimilikinya, Baruna pun mengingatkan Rama Wijaya untuk tak lagi putus asa dan ragu-ragu dalam bertindak. Karena sebagai seorang pemimpin, keraguan dan keputusasaan adalah jurang kematian yang siap merenggut nyawa rakyat yang dipimpinnya. Sadar telah salah dalam berpikir, Rama pun kembali bangkit. Dan dengan bantuan Baruna, Sri Rama pun bahu membahu bersama para pasukan kera melakukan sebuah mega proyek yaitu membuat bendungan (jawa = tambak) untuk membentung lautan sebagai jembatan untuk menyebrang ke Alengka.
Sementara itu, mata-mata Alengka, Kala Marica melaporkan kepada Prabu Rahwana tentang rencana pembangunan bendungan tersebut. Prabu Dasamuka merasa cemas dengan rencana Prabu Rama tersebut. Mendengar itu, Prabu Dasamuka memerintahkan Detya Kala Yuyu Rumpung untuk membawa seluruh pasukan raksasa kepiting yang ada di Samodera Hindia, untuk menghancurkan jembatan buatan pasukan wanara Pancawati.
Yuyu Rumpung berwujud raksasa berkepala ketam (jawa =yuyu). Ia adalah salah satu punggawa kerajaan Alengka yang oleh Prabu Dasamuka ditempatkan di dalam samodra. Yuyurumpung sangat sakti. Ia dapat hidup di dalam air dan darat.
Detya Kala Yuyu Rumpung siap melaksanakan perintah Prabu Dasamuka. Ia akan mengerahkan seluruh yuyu rumpung di Samodera Hindia, untuk menggagalkan pembangunan jembatan Prabu Rama. Berangkatlah Detya Kala Yuyu Rumpung ke Samodera Hindia. Tentu saja Detya Kala Marica ikut pergi ke Samodera Hindia, mengawasi jalannya eksekusi pasukan Prabu Dasamuka pada jembatan Prabu Rama.
Sementara itu di Pancawati, Prabu Rama sedang berembug dengan Narpati Sugriwa, Laksmana, Anoman, Anggada, Anila dan para punggawa yang lain. Prabu Rama merencanakan pembuatan tanggul di Samudera Hindia, dari Pancawati sampai tanah Alengka, untuk membawa pasukan Pancawati sebanyak-banyaknya.
Akhirnya mereka mulai membendung samudera Hindia. Para pasukan kera Pancawati bahu-membahu membuat bendungan dengan batu dan batang pohon dari hutan di sekitar Pancawati. Namun belum sampai ke Alengka tanggul itu selalu jebol dan hancur. Pasukan Prabu Rama menjadi putus asa. Belum tahu langkah apa yang harus dilakukan,
Tidak lama kemudian Prabu Rama kedatangan tamu dari Alengka, yaitu Wibisana. Prabu Rama merasa senang dengan kehadiran Wibisaba, yang mau bergabung dengan Prabu Rama. Prabu Rama bersedia memberikan fasilitas Kerajaan Pancawati.Wibisana sehari harian diperbolehkan menggunakan apa yang ada di Pancawati. Wibisaana mendapatkan tenda tersendiri, yang letaknya bersebelahan dengan tenda Prabu Rama dan Laksmana.
Sebagai tanda baktinya kepada Prabu Rama, Wibisana membantu pembuatan jembatan dari Pantai Pancawati sampai ke negeri Alengka. Dalam waktu sekejab Wibisana menciptakan jembatan yang kokoh dan kuat. Anoman kemudian mencoba jembatan yang baru diciptakan Wibisana.
Belum beberapa lama jembatan itu dicoba oleh Anoman, jembatan itu ambrol dan hancur. Jembatan ciptaan Wibisana menjadi runtuh. Disaat seperti ini Wibisana bagai teruji kesetiaannya pada Prabu Rama. Beberapa tokoh senapati meminta agar Wibisana diusir saja dari Pancawati, karena bisa saja niat Wibisana mau menghancurkan Pancawati dari dalam. Wibisana tak bisa berbuat apa apa. Pikirannya melayang kembali kekakaknya, Prabu Dasamuka, Wibisana berpikiran lebih baik tinggal di Alengka, dari pada setelah meninggalkan tanah kelahirannya, ternyata sesampai di tempat Prabu Rama yang asing baginya, dianggap mata-mata musuh. Dalam hatinya menangis, teringat pula kakaknya, Kumbakarna yang sempat mau mengikuti kepergiannya. Wibisana terdesak pikiran-pikiran yang mestinya tidak perlu. Akan tetapi Prabu Rama menyatakan bahwa ia tetap percaya pada Wibisana.
Prabu Rama percaya pada Wibisana, karena Wibisaba pasti mengetahui seluk beluk pertahanan Alengkadiraja.
Persoalan selalu runtuhnya bendungan tersebut oleh Prabu Rama diserahkan pada Wibisana. Menurut perkiraan Wibisana, keruntuhan-keruntuhan yang terjadi pada jembatan tersebut, akibat ulah pasukan Prabu Dasamuka. Wibisana meminta Prabu Rama untuk mengerahkan seluruh kera kera Yuyu Kingkin, yang berada di hutan Pancawati, ke Jembatan Situbanda yang telah dibuat Perajurit Pancawati. Kapi Yuyu Kingkin siap akan mengerahkan ribuan kera yuyu kingkin di hutan Pancawati mengusir pengganggu dari Alengka. Kapi Yuyu Kingkin adalah satu satu satu nya jenis kera, yang mempunya capit yuyu yang kuat, sanggup menyelam berjam-jam di dalam Samodera.
Dalam melakukan operasi tesebut, ditugaskan pula Kapi Sarpacitra untuk membatu. Kapi sarpacitra adalah kera pujaan Batara Cakra, seorang dewa yang juga berkedudukan sebagai pujangga kayangan. Ia berwujud kera berkepala ular dan memiliki ekor yang sangat panjang.
Pasukan Pancawati pun bertindak. Kapi Yuyu Kingkin beserta pasukan dan Kapi Sarpacitra menyelam ke dasar lautan. Benar saja sesuai perkiraan Wibisana, tambak yang dibangun ternyata dirusak oleh pasukan Alengka yang dipimpin Kala Yuyu Rumpung. Pasukan Kapi Yuyu Kingkin berhasil mengalahkan bala Alengka, Pasukan Yuyu Rumpung sebagian tewas dan yang masih hidup menyelamatkan diri.
Sementara itu sang komandan, Kapi Yuyu Kingkin dan Kapi Sarpacitra berhadapan dengan Kala Yuyu Rumpung. Karena kuwalahan menghadapi Kala Yuyu Rumpung di dalam air, Kapa Sarpacitra melilit tubuh Yuyu Rumpung dengan ekornya yang panjang dan dibawa ke daratan. Kapi Yuyu Kingkin pun ikut kembali ke daratan. Pertempuran pun kembali berlanjut. Ternyata di darat Yuyu Rumpung tak sehebat jika bertarung di dalam air dan akhirnya tewas di tangan Kapi Yuyu Kingkin.
Sesudah tidak ada lagi gangguan dari pasukan Alengka, Pasukan Pancawati dan Wibisana, melanjutkan pembuatan jembatan Situbanda, dengan bahu membahu dalam membuat jembatan ke Alengka, maka jadilah tanggul itu dan akhirnya pasukan kera yang jumlahnya ribuan itu bisa diberangkatkan ke Alengka Diraja. Mereka termasuk para kera ciptaan Dewa, seperti Cucak Rawun, Endrajanu, Bakliwinata, Baliwisata, Indrajanu, serta lainnya berbaris rapi, bagaikan tentara yang perkasa, siap ke medan laga, menjemput maut, demi membela kebenaran. Jembatan ini dikenal dengan Jembatan Situbondo. Dan konon jembatan yang menghubungkan India dengan Srilangka, masih ada, yang menyerupai pulau pulau kecil di ujung Srilangka.
Abimanyu Gugur
Abimanyu Gugur
Akhirnya barisan Pandawa Mandalayuda bisa kembali solid setelah kehadiran Abimanyu di tengah palagan. Amukan Abimanyu di atas punggung kuda Pramugari, seperti banteng terluka. Kuda tunggangan Abimanyu seperti tahu seluruh tekad penunggangnya, berkelebat menangani musuh yang mengurung. Gerakannya gesit seperti sambaran burung sikatan. Olah seluruhpanah yang dipunyai penungangnya untuk menumpas musuh dari jarak jauh, serta keris Pulanggeni untuk merobohkan musuh didekatnya tidak lama telah memakan korban puluhan nyawa.Juga Arya Dursasana yang akan membekuk justru terkena panah Abimanyu. Meskipun tak mempan, tetapi kerasnya pukulan anak panah membuatnya muntah darah. Lari tunggang langgang Arya Dursasana menjauhi palagan.
Haswaketu yang coba menandingi kesaktian Abimanyu, tewas pula tersambar Kyai Pulanggeni warisan sang bapak, Arjuna. Raungan kesakitan bergema dari mulut Haswaketu membikin jeri kawannya, Prabu Wrahatbala dari Kusala.
Tetapi, Prabu Wrahatbala nekad maju mendekati Abimanyu. keduanya sudah bertemu. Gerakan Wrahatbala yang kalah wibawa dengan Abimanyu yang muda tetapi gagah berani, membuatnya benar-benar canggung. Tidak berapa lama raga Wrahatbala juga menyusul rekannya tersambar Kyai Pulanggeni.
Tetapi di segi yang lain, berlangsung juga hal yang sama. Bambang Sumitra serta Bambang Wilugangga, masing-masing terbunuh oleh panah Adipati Karna serta Prabu Salya. Gugurlah beberapa pendekar bangsa. darahnya membasahi ibu pertiwi.
Tetapi bukan hanya Abimanyu apabila tak dapat menangani serangan empat raja sakti dari beragam penjuru. Licin seperti belut, Abimanyu menghindari serangan bergelombang dengan senjata ditangan masing masing lawannya.
Kelihatanlah kemampuan masing masing pihak.
Selang beberapa saat, saat pedang Mahameya terpental lantaran lengannya terpukul Abimanyu, seketika itu pula senjata Kyai Pulanggeni milik Abimanyu menusuk lambungnya. Robohlah Mahameya tersungkur ke bumi. Satu lawan kembali roboh. Tiga lawan yang masih bersisa menjadi ciut nyalinya. Gerakan mereka makin tak terkendali. Satu demi satu, Abimanyu berhasil membunuh lawan-lawan tangguhnya : Swarcas, Satrujaya, dan terakhir adalah Suryabasa
Pandita Durna benar-benar mengagumi akan kegagahan dan keberanian prajurit muda belia itu.
Selekasnya di panggilnya Sangkuni serta Adipati Karna dan Jayadrata. Sesudah mereka menghadap, Pandita Durna menguraikan karti sampeka akal akalannya. Dia menyuruh supaya pihak Kurawa mengibarkan bendera putih untuk sinyal tanda menyerah. Kemudian, dimintanya Basukarna untuk maju serta merangkul Abimanyu seperti seseorang ayah terhadap anaknya.
Sesudah siasat itu sukses dikerjakan, sesaat kemudian, Jayadrata melakukan perannya dengan memanah punggung Abimanyu. Tindakan yang licik dan tidak ksatria. Saat itu juga, muncratlah darah dari punggung Abimanyu. Tidak tega Basukarna melihat keponakannaya bersimbah darah, saat itu juga dia undur kebelakang serta melaporkan kesuksesannya pada pandita Durna
Sepeninggal Adipati Karna, selekasnya Durna memberikan aba-aba untuk kembali menyerang. Tetapi Abimanyu tidaklah gentar, ia makin bergerak maju menyambut serangan.
Melihat lawannya terkena panah yang menancap di punggungnya, aba aba keroyok bersahut sahutan dari pihak Kurawa. Dari jauh anak panah lain dilepaskan oleh warga Kurawa, ada pula yang menghunjamkan tombak serta nenggala dan trisula bertubi tubi. Dalam kurun waktu singkat, semua jenis senjata menancap ditubuh satria muda itu.
Tetapi hebatnya satria muda yang terluka parah ini tetap maju dengan amukannya. Dari jauh gerakan sang prajurit muda itu seperti gerak seekor landak, saking banyaknya anak panah serta tombak yang menancap di sekujur badannya. Jadi apabila digambarkan lebih jauh lagi, ujud dari satria tampan ini seperti penganten tengah diarak. Kepala yang penuh senjata seperti karangan bunga yang terangkai sedangkan badannya seperti kembar mayang yang melingkari raganya. Ada beberapa senjata tajam mengiris perutnya. Usus yang memburai yang disampirkan pada duwung yang terselip di pinggangnya, seperti untaian melati menghiasi pinggang.
Dilain pihak, dalam pikiran Abimanyu teringat sumpahnya saat menghindar dari pertanyaan istri pertamanya, Retna Siti Sundari, saat berprasangka buruk bahwasa sang suami telah beristri lagi. Sumpah yang diiringi gemuruh petir, bahwasanya apabila ia berlaku poligami, maka bolehlah orang senegara meranjap badannya dengan senjata apa pun.
Waktu itu ia terlepas dari tuduhan Siti Sundari, tetapi sesudah Kalabendana raksasa boncel lugu, paman Raden Gatutkaca, mengungkapkan rahasia perkawinannya dengan Putri Wirata, kusuma Dewi Utari, pada akhirnya terbuka juga rahasia yang semula tertutup rapi. Walaupun tidak terjadi peristiwa apapun juga pada waktu itu, namun sumpah tetaplah sumpah. Dan inilah bayaran atas sumpahnya pada waktu itu.
Syahdan, Retna Siti Sundari yang cuma diiring oleh abdi emban menyusul ke peperangan, berbarengan dengan gugurnya sang suami terkasih. Oleh istri tuanya, Utari tak diperkenankan pergi bersamanya, karena telah mengandung tua.Pun juga ibu mertuanya yaitu Wara Sembadra melarang pula Utari untuk pergi
Saat terdengar teriakan gemuruh menyebutkan Abimanyu sudah gugur, jantung wanita muda ini semakin berdegup kencang. Ia selekasnya lari ketengah palagan tiada menghiraukan bahaya yang mengintip di antara tajamnya kilap bilah-bilah pedang serta runcingnya ujung tombak. Sesampai dihadapan jenasah suaminya yang tetancap beberapa ratus anak panah. Tak terbayang pada mulanya bakal keadaannya yang demikian mengenaskan, Siti Sundari lemas serta lalu tidak sadarkan diri. Situasi rasa sedih jadi tambah mencekam dengan pingsannya sang istri prajurit muda itu.
Sebentar kemudian setelah Retna Siti Sundari tersadar dari siuman, selekasnya dia menghunus patrem, keris kecil yang terselip dipinggangnya. Dihujamkan senjata itu ke ulu hati. Selekasnya arwah sang prajurit muda, Abimanyu, menggandeng tangan sukma istrinya, mengajaknya melalui tangga tangga kesucian kekal menuju swargaloka. Raga sepasang suami istri muda belia itu tergolek berdampingan. Mereka sudah kembali ke pangkuan ibu pertiwi
sumber : http://nuradiwibowo02.blogspot.co.id/2014/03/lakon-abimanyu-gugur.html
Karno Tanding
Karno Tanding
Karno tanding adalah pertempuran terbesar dalam perang Bharatayudha. Pertempuran antara adipati Karno disatu sisi melawan Arjuna disisi lain.
Arjuna dan adipati Karno sebenarnya adalah saudara sekandung berlainan ayah. Dilahirkan dari ibu bernama Kunti Nalibronto, Arjuna merupakan anak dari Pandu Dewanata.
Sedangkan adipati Karno lahir karena kesalahan Kunti dimasa mudanya yang telah menyalahgunakan Ajian Pameling untuk memanggil dewa Surya. Oleh dewa Surya, Kunti diberi seorang anak yang dititipkan ke rahimnya.
Merasa malu karena hamil tanpa adanya suami, akhirnya anak yang lahir lewat telinga Kunti tersebut di larung ke sungai Gangga. Kelak anak yang bernama Basukarno tersebut ditemukan oleh seorang kusir kerajaan bernama Adiroto
Sedangkan adipati Karno lahir karena kesalahan Kunti dimasa mudanya yang telah menyalahgunakan Ajian Pameling untuk memanggil dewa Surya. Oleh dewa Surya, Kunti diberi seorang anak yang dititipkan ke rahimnya.
Merasa malu karena hamil tanpa adanya suami, akhirnya anak yang lahir lewat telinga Kunti tersebut di larung ke sungai Gangga. Kelak anak yang bernama Basukarno tersebut ditemukan oleh seorang kusir kerajaan bernama Adiroto
Karno tanding adalah pertempuran dua saudara kandung berlainan ayah yang mempunyai kepandaian dan kesaktian yang seimbang. Sebelum pertempuran bharatayudha, Kunti telah mempertemukan keduanya dan memohon kepada adipati Karno agar mau bergabung dengan Pandawa untuk melawan Kurawa. Namun permintaan tersebut ditolak oleh Adipati Karno. Sebagai satriya yang telah dibesarkan dan diangkat derajatnya oleh Duryudana, tidak sepantasnya Karno berkhianat. Adipati Karno merasa telah banyak berhutang budi. Dan kewajiban dia sebagai satriya untuk membalasnya.
"Ibu...Saya tidak dendam kepada ibu yang telah membuang saya ke sungai gangga ketika masih bayi. Itu semua adalah takdir yang harus saya jalani. Namun demikian saya tidak dapat mengabulkan permohonan ibu untuk bergabung dengan saudara-saudara saya Pandawa. Bukan karena saya tidak mencintai mereka. Tapi lebih dikarenakan saya telah berhutang budi kepada Kurawa, khususnya Duryudana. Duryudanalah yang telah membesarkan saya dan mengangkat derajat saya. Saya tidak mau menjadi satriya pengecut yang hanya muncul disaat-saat senang dan lari ketika mereka membutuhkan saya. Apa kata Dewata jika saya melakukan itu. Ma'afkan saya, Ibu..." demikian adipati Karno memberikan penjelasannya.
Seketika suasana haru menyelimuti dada mereka. Tidak ada kata yang terucap selain hanya airmata yang membasahi pipi. Mereka berpelukan lama.
Seketika suasana haru menyelimuti dada mereka. Tidak ada kata yang terucap selain hanya airmata yang membasahi pipi. Mereka berpelukan lama.
Akhirnya perang Bharatayudhapun pecah. Adipati Karno muncul dengan kereta perangnya dengan prabu Salya sebagai kusirnya. Sementara di pihak lain, Arjuna muncul dengan kereta perang yang dikusiri prabu Kresna.
Ketika pertempuran terjadi, keduanya saling menghujankan anak panah. Tetapi tak satupun mengenai keduanya. Sepertinya keduanya sama-sama tidak tega melukai lawannya. Kadang kala hujan panah antara keduanya berhenti sesaat hanya untuk sekedar saling beradu pandang.
Ketika pertempuran terjadi, keduanya saling menghujankan anak panah. Tetapi tak satupun mengenai keduanya. Sepertinya keduanya sama-sama tidak tega melukai lawannya. Kadang kala hujan panah antara keduanya berhenti sesaat hanya untuk sekedar saling beradu pandang.
Mengetahui gelagat seperti itu, prabu Kresna yang menjadi sais kereta perang Arjuna mengambil strategi. Ketika Arjuna mulai memasang senjata andalannya panah pasopati ke gendewanya, sontak prabu Kresna menyentak tali kekang kudanya hingga kuda itu bergerak maju kedepan laksana terbang. Seketika panah pasopati melesat tepat menebas leher adipati Karno. Gugurlah anak dewa Surya itu tersungkur ke bumi.
Arjuna marah besar kepada prabu Kresna karena perbuatannya. Karena Arjuna memang tidak pernah berniat untuk mengarahkan pasopati ke adipati Karno.
Arjuna marah besar kepada prabu Kresna karena perbuatannya. Karena Arjuna memang tidak pernah berniat untuk mengarahkan pasopati ke adipati Karno.
" Ketika pertempuran semakin lama, akan semakin banyak memakan korban dari kedua belah pihak. Berarti rakyat pula yang nantinya akan menderita.
Ini pertempuran, Dimas. Ketika ada senopati yang gugur, itulah tugas mulia yang telah diembannya." prabu Kresna bertutur dengan bijak.
Ini pertempuran, Dimas. Ketika ada senopati yang gugur, itulah tugas mulia yang telah diembannya." prabu Kresna bertutur dengan bijak.
Pada akhirnya Arjunapun harus pasrah menerima takdir hidupnya sebagai senopati yang telah membunuh saudara kandungnya sendiri.
Inilah perang. Dalam perang selalu akan ada pihak yang tersingkir. Tidak peduli siapa yang benar. Karena kebenaran yang hakiki hanyalah milik Allah SWT semata. Wallahu'alam bishowab.
Inilah perang. Dalam perang selalu akan ada pihak yang tersingkir. Tidak peduli siapa yang benar. Karena kebenaran yang hakiki hanyalah milik Allah SWT semata. Wallahu'alam bishowab.
sumber : http://nuradiwibowo02.blogspot.co.id/2014/12/cerita-wayang-karno-tanding.html
Kamis, 25 Agustus 2016
Semar Kembar 4
Semar Kembar 4
Astina
Duryudana mempermasalahkan beberapa peristiwa dan bencana yang menimpa Astina. Sengkuni menganggap itu hal biasa karena memang sudah saatnya banjir dan hama datang. Durna menganggap bahwa itu peringatan untuk rakyat Astina supaya lebih waspada dan lebih menghargai alam, karena alam merpakan bagian dari hidup.
Karna mengusulkan, jika memang astina sedang tak aman, bukankah masih punya negara jajahan, nah umpeti mereka dinaikkan, dan kalau ga mau baru dihancurkan negaranya dan direbut.
TAMUAN SEMAR:
Semar (palsu) datang untuk mengabdi kepada DUryudana, karena Amarta juga sedang mengalami pageblug. Tetapi di tolak, karena tidak membutuhkan orang jelek seperti semar, tetapi dibutuhkan orang yang cerdas dan intelek. Semar justru mengata-ngatai Kurupati, bahwa dia bukanlah raja yang bijak, dia adalah pemakan sesama, memakan uang rakyat dan lain sebagainya.
Karna mendengar hal tersebut tanpa menunggu perintah langsung memukul semar.
Duryudana merasa senang dengan tindakan karna tersebut. Tetapi DUrna merasakan keganjalan atas peristiwa itu. Karena memang Semar itu adalah sebagai pengayom negara Amarta, kenapa sampai dia mau menyerahkan diri kepada Astina. Jangan-jangan itu semar palsu.
Kurupati menyuruh sengkuni untuk membawa beberapa pasukan ke klampis Ireng, dan Amarta, untuk meyakinkan bahwa disana sdah tidak ada semar.
Keputren tempat Banowati
LIMBUKAN,,,banuwati yang sedang mennggu datangnya Arjuna yang telah berjanji akan menemuinya. Permadi datang bersama SEMAR palsu lagi,,selingkuhpun terjadi. KOnangan Kartomarmo, lalu ditangkap, tetapi Duryudana yang kondur ngedhaton segera tahu ada semar disitu, tidak marah terhadap istrinya yang selingkuh, justru tertarik untk menangkap semar. Perselingkuhan akhirnya aman gara-gara semar.
Adhegan di paseban, budhalan menangkap semar. Baru ditengah jalan sudah ketemu semar yang berjalan sendirian seperti orang gila. Kemudian ditangkap, sudah ditemkan 3 semar, sebagian berjalan menuju amarta, dan sebagian ke klampis ireng.
PERANG GAGALe semar sik diajar KArno, terus tekane semar-semar lainnya. Akhire sik padu malah semare. Karna mengikuti pasukan mencari semar yang asli ke Klampis ireng brsama Sangkuni, sedangkan Durna disuruh mencari ke AMARTA.
Gara-gara
Klampisireng atas perintah punakawan membuat sebuah patung, karena semar sudah hilang dan dianggap mati, yang ada Cuma semar-semar palsu yang mengumbar angkara, bukan semar sebagai pamong para satriya.
Datangnya pasukan astina dan terjadilah peperangan, Gareng dan punakawan lainnya tertangkap oleh Kurawa dan ditanya mana semar mereka tidak ada yang menjawab. PUnakawan diharjar dan dikendhangkan oleh KArna dengan panahnya.
Manyura
Amarta, tentang hilangnya kyai semar yang tanpa kabar-kabar, sehingga situasi negara menjadi amburadul. Tidak selang berapa waktu datanglah Durna, yang minta kejelasan keberadan semar. Durna justru member informasi bahwa di astina ada 2 semar yang tertangkap. Akhirnya mereka datang bersama-sama untuk memastikan mana semar yang benar.
Adegan kahyangan
Adegan Alang-alang KUMITIR
Hyang Wenang di hadap oleh ISMOYO
Wejangan tentang pengertian BADRANAYA, ISMOYO, NAYANTAKA, dan DHUDHAMANANGMUNUNG.
ISmoyo disuruh kembali kebumi dengan berganti nama RASAMAYA, untuk meredakan kekacauan di muka bumi. Sampai di bumi semar semakin marah, karena situasi semakin memburuk. Ingin sekali dia melumat seisi bumi, tetapi diingatkan oleh Narada. Setelah kepergian NArada, jatuhnya para punakawan dan minta bantuan. Tak lama kemudian kedatangan para PAndhawa dan Druna, yang sekaligus minta tolong untuk menebak semar yang sesungguhnya. Berangkat ke Astina.
Kekacauan masih terjadi antara 3 Semar, RAsamaya maju dan melerai, tetapi justru dipukli oleh ketiga semar, Bratasena dan lainnya membantu, tetapi semar-semar tersebut berlomba mengeluarkan kentut. Rasamaya badhar wujud jadi semar, dan diapun membabat habis para-para semar-semar palsu tersebut yang badhar wujud jadi KALA, DURGA dan GURU.
Setelah tahu Semar yang asli telah tiba, Kurawa makin marah, karena merasa daerahnya digunakan untuk ajang pertempuran dan dianggap biang keladinya adalah semar. Bima maju menyingkirkan Kurawa, tayungan. Semar menasehati para Pandhawa bahwa sudah saatnya jiwa-jiwa satriya piningit segera direalisasikan, segera digugah, kalau tidak bumi akan mengalami kehancuran, rawe-rawe rantas, malang-malang putung.
sumber : https://poswayang.wordpress.com/2011/12/25/semar-kembar-4/
Bagong Kembar
Bagong Kembar
Bayangkan bila dua orang Bagong bertemu dalam satu adegan. Kejadian itu berpotensi menimbulkan prahara ketawa yang bisa memunculkan orang-orang sinting baru, pastinya saya salah satunya. Bagong, putera ketiga Semar setelah Gareng dan Petruk, dideskripsikan oleh Begawan Wikipedia sebagai punakawan yang sifatnya menghibur. Potongan tubuhnya mengundang kelucuan. Tubuhnya bulat pendek, matanya lebar, bibirnya tebal, memble. Rambut belakangnya dikucir pendek.
Gaya bicara Bagong terkesan semaunya sendiri, ngeyel, polos, namun teguh pada kebenaran. Karakter Bagong sering dijadikan media untuk melontarkan koreksi pada penguasa. Beberapa catatan sejarah bahkan menyebutkan bahwa beberapa penguasa monarki Jawa di masa lalu pernah membuat larangan menampilkan tokoh Bagong dalam pentas wayang. Sebuah indikasi bahwa penguasa emoh dikoreksi oleh rakyat jelata seperti Bagong.
Alkisah, sidang agung kerajaan Astina gempar oleh kabar masuknya durjana ke taman Ratu Banowati. Prabu Baladewa yang sedang bertamu langsung naik darah mendengar kabar intelijen Kurawa itu. Bersama Panembahan Durna, Patih Sengkuni dan Jayadatra, Baladewa segera mengepung taman untuk menangkap bajingan yang ternyata adalah Bagong. Ajaib, satu persatu berusaha menangkap, namun semuanya kalah. Baladewa memutuskan mengajak Durna untuk melaporkan hal ini kepada Arjuna, majikan Bagong, untuk memberi pelajaran pada ajudan yang dianggap melanggar kode etik punakawan ini.
Syahdan di Amarta, Kresna berada di tengah pada Pandawa untuk membahas lenyapnya senjata-senjata kerajaan. Senjata Pasopati dan Sarotama milik Arjuna menghilang. Begitu pula senjata Cakra milik Kresna, dan Tumbak Kalawelang milik Yudhistira. Mendengar penuturan Baladewa tentang sensasi Bagong nyelonong ke keputren Astina, aristokrat kubu Amarta ikut-ikutan kalap. Gatotkaca dan Setyaki ditugasi ke Astina, Arjuna, Semar, Petruk dan Gareng turun tangan bersama-sama melabrak ke rumah Bagong.
Dirumahnya, Bagong yang asli terkejut menerima serbuan kroninya sendiri. Ia merasa dikambinghitamkan dalam kasus Banowati. Bagong tak kemana-mana, apalagi ke Astina. Bagong merasa dizalimi dan dipermalukan dengan adanya skandal itu. Ia tak terima. Ia melawan Gareng dan Petruk yang hendak menangkapnya. Sampai akhirnya Bagong memilih minggat daripada harus mengakui tuduhan yang tak benar itu. Bagong akhirnya ditolong Batara Narada.
Sesuai arahan Batara Narada, Bagong menyamar menjadi seorang satria untuk melakukan pembuktian. Dalam perjalanan menuju Astina, Bagong Asli yang menyamar ini berhasil mengatasi berbagai gangguan dari wayang-wayang jahat. Sedangkan kontingen Gatotkaca yang bertarung melawan Bagong Palsu di Astina juga dipermalukan secara tidak terhormat, seperti nasib tragis arogansi Baladewa dan sekutunya. Ketika penyamaran Bagong Asli diketahui oleh Kresna, mau tak mau Bagong Asli harus menghadapi Bagong Palsu untuk membuktikan bahwa dirinya benar, tak seburuk sangkaan para penguasa selama ini.
Dan klimaks yang penuh gairah itu terbukti. Pertemuan dua Bagong tak hanya menyuguhkan dialog-dialog jenaka yang dapat menyebabkan mati ketawa, namun juga pertarungan penuh banyolan lucu di sana-sini. Bagong Asli, seperti kisah filem-filem dunia, akhirnya meringkus Bagong Gadungan yang tak lain adalah penjelmaan dari senjata-senjata yang hilang itu.
Bagong, sebagaimana sering diperankan selama ini, adalah simbol orang kecil yang kritis. Ia menyuarakan kebenaran, ia tak sudi selalu ditindas, ia tak mau selalu dijadikan objek penderita. Bagong adalah keteguhan rakyat jelata yang memiliki idealisme, setidaknya ia tak mau dikorbankan hanya untuk sebuah aib penguasa. Bagong adalah rakyat kecil yang punya prinsip dan, setidaknya pada lakon ini, lebih terhormat daripada penguasa yang selalu merasa benar sendiri, yang maunya menang sendiri.
sumber : http://caritawayang.blogspot.co.id/2013/03/bagong-kembar.html
Langganan:
Postingan (Atom)