Hanif Fathin Ma'ruf

Minggu, 20 November 2016

Pancawala Kalarung

Pancawala Kalarung

Prabu Suyudana berkata kepada Raden Lesmana , Hai Lesmana, enyahlah kau dari pandanganku, pergilah dari istana Astina. Seluruh isi negeri Astina, tak kuperkenankan menerima, membantu dalam bentuk apapun juga kepada Lesmana. Siapa yang melanggar perintahku ini, akan kuhukum. Pergilah raden Arya Lesmana dari istana Astina. Pada mulanya tak tahu mana yang akan dituju, akhirnya ke Banjarjungut, tempat kediaman pamandanya, raden arya Dursasana. Segala hal ihwal yang menimpa dirinya telah diutarakn. Arya Lesmana tak menyetujui maksud baik ayahandanya, Prabu Kurupati, pergi ke Amarta untuk memberikan sumbangan kepada Yudistira yang akan mengawinkan puteranya, Pancawala, dengan Dewi Pregiwati, putera Raden Arya Arjuna dari Madukada. Raden Arya Dursasana bersepakat dengan raden Lesmana untuk pergi bersama-sama. Di hutan ditemuilah mereka oleh Hyang Batari Durga, yang berkata, Hai Lesmana, jangan berkecil hati, akan terkabullah maksudmu. Perihal matinya si Angkawijaya, baiklah, pergilah kau ke amarta, bunuhlah dia. Akan terlaksana maksudmu, berangkatlah Arya Lesmana ke Amarta, dengan dikawal oleh Bajobarat. Di Madukara, raden Janaka telah bersiap-siap menanti kedatangan temanten lelaki, raden Arya Pancawala. Tak lama kemudia datanglah Sri Yudistira beserta temanten lelaki, demikian pula telah berkumpul juga saudara-saudaranya. Selesailah sudah raden Arya Pancawala dikimpoikan dengan Pregiwati

Raden Lesmana datang ke pesanggrahan Raden gatotkaca, yang kelihatannya sedang tidur pulas dengan Dewi Pregiwa, dihunuslah Kyai Kalanadhah, keris raden Arya Gatotkaca. Dengan pusaka itu raden Pancawala yang dikira Raden Angkawijaya dan sedang tidur dengan Pregiwati dibunuh. Gegerlah seluruh istana, raden gatotkaca didakwa membununh Pancawala, hukuman dijatuhkan kepadanya, raden Gatotkaca dengan dibelenggu dibuang ke tengah-tengah hutan, Dewi Pregiwa turut dengannya, demikian pula Semar, Gareng dan Petruk. Kepada para panakawan diperingatkan tak diperkenankan memberikan makan dan minum kepada Gatotkaca selama menjalani hukuman. Berangkatlah gatotkaca, Pregiwa menuju ke tengah-tengah hutan.

Raden Lesmana merasa sudah dapat membunuh raden angkawijaya, di angkasa dalam perjalanan pulang ke Astina, melihat Dewi Pregiwa yang sedang mencari air untuk Raden gatotkaca. Dewi Pregiwa dilarikan Raden Lesmana. Raden gatotkaca yang mengetahui istrinya Dewi Pregiwa hilangh mengira dewa yang membawanya, marahlah ia. Rantai yang membelenggu dirinya diputuskan lalu pergi untuk mengadu ke Suralaya. Bertemulah uia dengan Hyang Narada, kata beliau,Wahai, gatotkaca, bukan dewa yang melarikan istrimu Pregiwa, melainkan si Lesmana. Kejarlah dia ke astina. Lajulah Arya Gatotkaca menuju ke astina.

Sekembalinya raden Werkudara dari bertemu dengan begawan Anoman dari Wukir Kendalisada, di tepi sungai Silugangga ditemukan sebuah kandhaga. Segera dibukannya, dan ternyata berisi mayat raden Pancawala dan atas kesaktian Werkudara, Pancawala hidup kembali. Dari mula hingga akhir diceritakan oleh raden Arya Pancawala kepada pamandanya raden werkudara, dan berangkatlah mereka ke madukara.

Dihadapan prabu Yudistira, raden Arya Werkudara berkata, Inilah putramu si Pancawala, tanyakan kepadanya hal ihwalnya, siapa yang membunuhnya. Belum selesai mereka berbincang-bincang, Semar datang menghadap dan melaporkan, bahwa Dewi Pregiwa, dilarikan raden Lesmana. Diputuskanlah, raden Arjuna dan raden Angkawijaya untuk mencari Dewi Pregiwa ke Astina. Demikian pula Werkudara tak ketinggalan. Di Astina, Suyudana menerima kedatangan raden Lesmana yang membawa Pregiwa. Dan mendadak menerima pula laporan, permaisuri raja dan puterinya, Dewi banowati dan Dewi Lesmanawati hilang.

Suyudana memerintahkan kepada para Korawa untuk menangkap siapa yang telah berani melarikan Dewi banowati dan Lesmanawati. Ramailah peperangan yang terjadi. Raden Lesmana dihajar gatotkaca, raden Angkawijaya Werkudara mengamuk menghantam para Korawa. Raden werkudara mengajak Raden Arjuna, Angkawijaya gatotkaca Pergiwa untuk kembali ke Madukara.

sumber : http://caritawayang.blogspot.co.id/2013/08/pancawala-kalarung.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar