Hanif Fathin Ma'ruf

Minggu, 20 November 2016

Ramayana : Tragedi Kiskenda

Ramayana : Tragedi Kiskenda

Syahdan di istana Jonggringsalaka, kahyangan Suralaya. Raja Tribuana, Batara Gurutengah menggelar sidang paripurna para dewa. Dalam sidang tersebut, Sanghyang Guru membicarakan perihal ancaman Prabu Maesasura, raja siluman negara Goakiskenda yang telah ditolak lamarannya atas Dewi Tara, putri Batara Indra yang bersemayam di kahyangan Kaindran.

Sabda Sanghyang Girinata di dampar kencana mercupunda.
“Batara, Dewata, Jawata Sangsanga. Bersiaplah kalian untuk menghadapi kemungkinan ancaman Maesasura yang akan membuat kerusuhan di kadewatan Suralaya, karena lamarannya terhadap Dewi Tara telah ditolak. Kepada Indra, aku tugaskan memegang tanggungjawab memimpin pasukan kadewatan dalam menghadapi kekuatan balatentara siluman Goakiskenda yang akan membuat kerusuhan, mengganggu ketentraman Suralaya.”

Para dewa segera melaksanakan perintah Raja Tribuana, mereka lalu mempersiapkan diri menyongsong raja Duramaka yang berniat buruk terhadap ketentraman kadewatan. Batara Narada, Batara Bayu, dan Batara Brahma, ikut serta mendampingi Batara Indra.

Gebyar Jagatpramudita. Bumi gonjang-ganjing, langit kelap-kelap. Tiba-tiba Candradimuka menggelegar memuntahkan lahar panasnya. Asap hitam gimbalnya menggumpal di angkasa, menaungi kahyangan Suralaya, sebagai tanda akan terjadi huru-hara di kahyangan.

Tidak lama setelah kawah Candradimuka bergolak memuntahkan laharnya disertai asap hitam dan suara yang menggetarkan, dari arah gerbang Selamatangkep, dua duruwiksa penjaga gerbang kadewatan, Cingkarabala dan Balaupata berlarian menuju alun-alun kahyangan Suralaya. Keduanya melaporkan kepada Batara Narada bahwa balatentara siluman Goakiskenda telah terlihat sedang bergerak menuju kahyangan Suralaya.

Batara Narada dan Batara Indra memberi perintah kepada pasukan kadewatan agar secepatnya menghadang pasukan Goakiskenda di lereng gunung Mahameru. Batara Indra menghindari pertempuran di dalam lingkungan kahyangan, karena dikhawatirkan akan merusak tatanan Suralaya. Pasukan kadewatan yang dipimpin Batara Indra segera melesat terbang menyambut kedatangan musuh.



Di lereng gunung Mahameru, pasukan kadewatan telah menghadang pasukan Goakiskenda. Dua kubu siap tempur sudah saling berhadapan, mereka telah siap menunggu perintah dari pimpinan mereka masing-masing.

"Oladalaa… Maesasura! Kau telah berani mengancam ketentraman Suralaya. Hyang Otipati akan menghukum perbuatanmu. Ingat Maesasura! Dulu Manikmaya pernah menaklukan Goakiskenda dan mengampunimu. Untuk itu, sebelum semuanya terlanjur, lebih baik kau dan seluruh pasukanmu kembali ke Goakiskenda." Batara Narada mencoba mengingatkan Prabu Maesasura, agar raja Duratmaka itu membatalkan maksudnya yang ingin membuat makar di kadewata.

Maesasura dan Lembusura adalah dua siluman raksasa kakak beradik penghuni kerajaan Goakiskenda. Maesasura menobatkan dirinya menjadi raja di Goakiskenda, dan Lembusura diangkat menjadi patihnya. Nama Maesasura sendiri mengandung arti, Maesa = Kerbau, Sura = Berani atau sakti. Wujud Prabu Maesasura adalah raksasa berkepala Kerbau. Sedangkan Lembusura berwujud raksasa berkepala Sapi, sesuai dengan namanya, Lembu = Sapi, Sura = Berani atau Sakti. Prabu Maesasura memiliki tunggangan seekor singa bermuka raksasa bernama Jatasura.

Rakyat Goakiskenda adalah sebangsa siluman binatang yang beraneka rupa bentuknya. Dahulu, sewaktu Sanghyang Manikmaya baru dinobatkan menjadi Raja Tribuana oleh Hyang Tunggal, kerajaan Goakiskenda pernah dijajah. Maesasura dan Lembusura pernah ditaklukan oleh Hyang Manikmaya. Dan ternyata keduanya masih menyimpan dendam, ingin membalas kekalahannya, maka keduanya berguru kepada seorang resi sakti mandraguna yang bernama Resi Wisalodra. Agar daya kekuatan dan kesaktian mereka berlipat ganda sukar ditandingi, keduanya lalu menyatukan jiwa. Dua wadag dalam satu jiwa. Jika yang satu mati, maka yang satunya lagi akan menghidupkan.

Prabu Maesasura mendengus, geramannya menggetarkan bumi yang dipijak. “Huahahaha… Hei para dewa! Kalian pikir cuma kalian yang digjaya! Kalau dulu Manikmaya pernah menaklukan Kiskenda, kini aku datang untuk membalas kekalahan itu! Katakan pada si Manikmaya, serahkan Dewi Tara kepadaku atau kahyangan akan aku tumbuhi gelagah alang-alang!”

Perkataan Prabu Maesasura membuat telinga Batara Indra menjadi panas, dengan mengendarai gajah perang Erawata, Batara Indra maju ke depan.

"Jumawa! Lancang mulutmu, Maesasura! Hari ini akan ku antar kematianmu, melebur bersama nafsu angkaramu di panasnya kawah Candradimuka!"

Dua pasukan langsung saling serang ketika pimpinan mereka masing-masing memberi perintah tempur. Perang pun terjadi di lereng gunung Mahameru, dahsyatnya membuat suasana sekitar lereng menjadi porak poranda. Batara Indra yang menunggangi gajah perang Erawata melesat ke udara, disusul oleh Prabu Maesasura dengan menunggangi Jatasura. Mereka terlibat perang tanding di angkasa, sama-sama saling adu kesaktian dan saling adu senjata pusaka.


Pasukan siluman Goakiskenda yang telengas dan beringas terus merangsak menggempur pasukan kadewatan bersama Mahapatih Lembusura. Walau pasukan kadewatan melepas pusaka-pusaka dan daya-daya kesaktian, namun Lembusura yang mengamuk membabi buta membuat pasukan kadewatan terdesak.

Di atas tebing yang menjulang tinggi, Batara NaradaBatara Bayu, dan Batara Brahma memperhatikan jalannya peperangan. Setelah melihat kekuatan pasukan lawan mampu mendesak pasukan dewa, Batara Narada memberi isyarat kepada Batara Bayu dan Batara Brahma untuk segera terjun ke gelanggang perang. Bayu dan Brahma langsung melesat terjun ke palagan yuda. Kehadiran keduanya membuat pasukan Kiskenda berbalik terdesak oleh kesaktian Batara Bayu dan Batara Brahma.

Batara Bayu mengeluarkan aji Bayubajra yang menimbulkan angin topan prahara yang sangat dahsyat. Benteng topan itu menghantam pasukan Goakiskenda hingga balatentara siluman banyak yang gugur, hancur dan bermentalan dihempas gelombang angin. Lembusura menerjang menghadapi kekuatan Bayu. Benteng topan Bayubajra ditabrak hingga berbalik arah menghantam Batara Bayu. Dewa penghuni kahyangan Panglawung itu dihantam oleh kekuatannya sendiri, ia terpental jatuh menghantam bebatuan gunung hingga longsor.

Disaat yang sama, di atas angkasa Batara Indra melepas pukulan halilintar. Gelegar kilat menjilat tubuh Prabu Maesasura hingga tubuh raksasa itu jatuh dari punggung Jatasura. Begitu pula dengan Jatasura yang lengah karena melihat rajanya jatuh, ia pun luruh dihantam pusaka Bajra oleh Gajah Erawata. Maesasura dan Jatasura jatuh ambruk di tengah-tengah pertempuran. Pasukan kadewatan bersorak melihat raja siluman Kiskenda telah roboh dihantam halilintar Indra, tetapi sorak para dewa hanya sekejap, sebab mereka melihat Prabu Maesasura kembali bangkit dari kematiannya.

Batara Brahma mengeluarkan aji Banaspati. Api menyala keluar dari tubuh Brahma. Api Banaspati membumbung kian membesar dan kemudian melesat hendak menghantam Lembusura, namun Prabu Maesasura yang telah berdiri tegar menerjang dan menendang Banaspati hingga api Brhama membuyar menghantam balik kearah pasukan kadewatan. Para dewa menjerit terbakar api Brahma. Batara Indra dengan cepat melepaskan pusaka Chandrasa melindungi pasukan kadewatan. Seketika hujan turun deras memadamkan kobaran api. 

Hiruk pikuk pertempuran menyamarkan pandangan mata. Kabut gunung, asap, api, debu dan derasnya hujan dimanfaatkan oleh Prabu Maesasura untuk menerobos masuk ke dalam kahyangan. Dengan menggunakan aji halimun, Maesasura dan Jatasura pergi meninggalkan medan perang, mereka menembus gerbang Selamatangkep. Secara diam-diam mereka menyelinap ke kahyangan dan terus menerobos masuk mencari wisma Papariwarna, tempat bersemayamnya para bidadari.

Perang masih berkecamuk, para dewa dan siluman saling begalan pati, begitu pula dengan Lembusura yang bertarung menandingi Brahma, tetapi Batara Indra sendiri merasa curiga ketika ia tidak lagi mendapati Mahesasura dan Jatasura dalam hiruk pikuknya pertempuran. Nalurinya mengatakan bahwa putrinya tengah menghadapi bahaya, maka ia segera melesat menuju kahyangan Suralaya.

Di kahyangan Suralaya, Batara Indra sangat marah ketika melihat para bidadari berteriak-teriak ketakutan, berhamburan keluar dari wisma Papariwarna. Prabu Maesasura telah berhasil menculik Dewi Tara, putri Batara Indra itu telah tergolek pingsan di bahu kiri Prabu Maesasura.




"Bedebah licik! Kalian memang sebangsa Duratmaka yang tidak memiliki tatakrama!"

Perang tanding kembali terjadi antara Batara Indra dan Prabu Mahesasura, tetapi Indra menjadi kebingungan ketika ia hendak mengeluarkan kesaktian halilintar, sebab putrinya berada dalam cengkeraman lawan. Prabu Maesasura tidak menyia-nyiakan kesempatan, Batara Indra ditanduk, dan Gajah Erawata di tendang hingga mental. Melihat Indra dan Erawata masih terkapar, Prabu Maesasura segera pergi meninggalkan kahyangan. Ia melesat terbang bersama Jatasura.

Sementara itu Lembusura yang sedang menghadapi kesaktian Brahma beberapa kali dihantam dengan aji Banaspati. Batara Bayu tidak tinggal diam, ia membantu Brahma dengan aji Bayubajra. Api dan angin saling menggulung melabrak Lembusura. Mahapatih Goakiskenda itu ditangkap dan digelandang oleh Batara Bayu dan Brahma, kemudian Lembusura ditusuk dengan Pacanaka hingga tubuhnya robek. Pada saat bersamaan dari atas angkasa, Prabu Maesura yang telah meninggalkan kahyangan melihat Lembusura sedang digelandang para dewa, Prabu Maesasura dan Jatasura menukik menerjang Batara Bayu dan Batara Brahma. Kedua dewa itu dihantam dengan pusaka Gada, lalu dari mulut Prabu Maesasura keluar kobaran api yang sangat besar, menandingi api Brahma. Para dewa tersurut mundur menghindari ancaman Maesasura.

Lembusura yang telah terkapar kemudian disentuh oleh Maesasura, seketika Mahapatih Goakiskenda sembuh dari kematiannya. Prabu Maesasura kemudian memberi isyarat kepada Lembusura untuk menarik pasukan kembali ke Goakiskenda.

Batara Indra dengan Erawatanya baru sampai ketika Prabu Maesasura bersama pasukannya telah pergi meninggalkan medan perang. Batara Indra berniat mengejar pasukan Kiskenda tetapi Batara Narada mencegah. Batara Narada menyarankan agar Indra menarik pasukannya kembali ke Suralaya dan melaporkan peristiwa tersebut kepada Raja Tribuana.

Batara Narada memanggil Hyang Baruna, ia meminta tolong untuk menyembuhkan dan menghidupkan kembali para dewa yang pingsan dan palastra dengan Tirta Kamandalu.


Merasa kewalahan menghadapi Maesasura dan Lembusura, Batara Guru dan Batara Narada turun ke Arcapada mencari jago dewa yang dapat mengalahkan Prabu Maesa Sura dan Lembu Sura Batara Guru menaiki lembu Andini sedangkan Batara Narada mengikuti kepergian Batara Guru.

Sesampai di atas sungai Yamuna Batara Guru melihat cahaya sebesar lidi aren yang  memancar kelangit. Ternyata pancaran cahaya berasal dari Dewi Anjani yang sedang bertapa . Batara Guru iba hatinya melihat Dewi Anjani jarang sekali  mendapatkan makanan yang masuk dalam mulutnya. Batara Guru memetik daun sinom atau daun  asam yang masih muda, dan melemparkan kedepan mulut Dewi Anjani. Melihat ada makanan dihadapannya, Dewi Anjani  segera melahapnya. Apa yang terjadi.

Dengan kesaktian Batara Guru, Dewi Anjani menjadi berbadan dua, wajah dan anggota badan yang berwujud kera kembali menjadi seorang dewi yang cantik jelita. Kelak Dewi Anjani melahirkan seorang anak berwujud kera putih, yang diberi nama Anoman.   Batara Guru  memanggil beberapa bidadari untuk memberi pakaian dan merias wajahnya. Kemudian Batara Guru memerintahkan para bidadari untuk membawa Dewi Anjani ke kahyangan.

Batara Guru  dan Batara Narada melanjutkan perjalanan ke hutan Sunyapringga menemui Subali yang sedang bertapa ngalong disebuah pohon besar. Subali dibangunkan dan diajak menemui Sugriwa. Mereka akhirnya bertemu dengan Sugriwa. Batara Guru menitahkan kepada Subali dan Sugriwa untuk menyelamatkan Dewi Tara yang diculik Prabu Maesasura dan Lembusura. Dan jika berhasil, akan diberi hadiah Dewi Tara untuk diperistri. Setelah memberikan pesan – pesan Batara Guru dan Batara Narada kembali ke kahyangan.


Tak berlama-lama, segeralah mereka menuju ke Goa Kiskenda. Sesampainya di Goa Kiskenda mereka dihadang pasukan Kiskenda, setelah melalui pertempuran sengit akhirnya mereka dapat mengalahkan para pasukan Goa Kiskenda dan berhasil membebaskan Dewi Tara. Demi keselamatan Dewi Tara, Subali member tugas pada Sugriwa untuk membawanya keluar dari goa terlebih dahulu sementara Subali akan menghadapi Maesasura dan Lembusura.

Subali gundah hatinya  Didalam hati ia tidak yakin  mereka bisa mengalahkan Prabu Maesasura dan Lembusura, sedangkan para dewa saja  tidak sanggup untuk mengalahkannya. Subali berpesan kepada Sugriwa menunggu didepan pintu goa saja. Sedangkan Subali sendiri yang akan melawan Prabu Maesasura dan Lembusura. Apabila nanti ada darah merah yang mengalir ke pintu goa, berarti Subali dapat mengalahkan Maesasura dan Lembsura. Dan apabila ada darah putih yang mengalir kepintu goa, adalah pertanda Subali mati  dan diminta Sugriwa menutup pintu goa. Sugriwa menangis mendengar pesan kakaknya namun Sugriwa siap melaksanakan perintahnya.  Seperti kita ketahui Subali berdarah putih disamping Begawan Bagaspati dan Prabu Puntadewa.

Mendengar kegaduhan yang terjadi Prabu Maesasura dan Lembu Sura keluar dari istana. Mereka mendapati Dewi Tara sudah hilang dan hanya ada seorang manusia kera yang ada di hadapannya, ya Subali. Kontan  meledaklah amarah Maesasura dan Lembusura. Tanpa basa-basi mereka langsung mengroyok Subali. Kali ini lawan Subali  sangat tangguh, berkali-kali Prabu Maesasura tewas, kemudian dilompati Lembusura, Prabu Maesasura hidup kembali demikian pula sebaliknya.

Dengan sisa tenaga yang ada Subali segera membenturkan kedua kepala musuhnya sehingga hancur berkeping-keping. Darah dan otak prabu Maesasura dan Lembusura mengalir kesepanjang goa. Sugriwa yang waktu itu  termangu menunggu kakaknya terkejut melihat darah merah dan darah putih mengalir bersama sama ke pintu goa. Sugriwa menangisi kematian kakaknya. Sugriwa berpikir bahwa kakaknya, Subali tewas, setelah berhasil mengalahkan Maesasura dan Lembusura, terbukti ada darah merah yang mengalir bersama darah putih kakaknya.

Sesuai pesan kakaknya Sugriwa  menutup pintu goa dengan batu-batuan. Sugriwa pergi ke kahyangan untuk menyerahkan Dewi Tara dan melaporkan kejadian yang telah terjadi di Goa Kiskenda. Di kahyangan,  Sugriwa diterima Bathara Guru. Menurut Batara Guru, Batara Guru akan menganugerahkan  Dewi Tara kepada Sugriwa untuk menjadi istrinya. Dengan berat hati Sugriwa menerimanya, karena ia merasa yang lebih berhak adalah Subali. Sugriwa bersama Dewi Tara kemudian meninggalkan kahyangan menuju goa Kiskenda.

Sementara itu Subali terjebak dalam goa. Subali marah karena adiknya berbuat curang padanya. Subali lupa dengan pesan pesan yang diberikan pada adiknya. Subali  bersemadi mohon pertolongan dewa untuk membuka pintu goa. Dengan kekuatan penuh Subali menghantam batu-batuan hingga hancur berkeping-keping.

Setelah keluar dari goa, Subali berangkat  ke kahyangan  menemui Batara Guru. Subali melaporkan semua kejadian pada Batara Guru. Batara Guru tidak bisa berbuat apa-apa. Karena  Dewi Tara sudah terlanjur diberikan kepada Sugriwa, karena Subali dianggap sudah tewas. Namun Batara Guru tidak akan melupakan jasa Subali. Diberikannya kepada Subali aji Pancasona yang mempunyai kekuatan hebat. Aji Pancasona menjadikan pemiliknya menjadi sakti dan tidak mati apabila tubuhnya  menyentuh tanah.

Sementara itu Sugriwa dan Dewi Tara telah bersemayam di Goa Kiskenda. Tidak lama kemudian Subali memasuki istana Goa Kiskenda,  melihat adiknya sedang bersanding dengan Dewi Tara, Subali langsung menarik Sugriwa dan memukulnya.

Ditariknya tubuh Sugriwa sehingga keluar dari goa. Perkelahian terjadi antara kedua kakak beradik. Keduanya tidak ada yang mau mengalah sehingga perkelahian mereka berlangsung sampai beberapa hari beberapa malam. Subali sangat geram. Tubuh Sugriwa akhirnya dilempar jauh keluar wilayah Goa Kiskenda. Sugriwa jatuh di hutan Pancawati.

sumber : http://caritawayang.blogspot.co.id/2012/11/tragedi-kiskenda.html

Gatotkaca Kembar

Gatotkaca Kembar


Hasil gambar untuk gatotkaca wayang kulit banyakHasil gambar untuk gatotkaca wayang kulit banyakHasil gambar untuk gatotkaca wayang kulit banyakHasil gambar untuk gatotkaca wayang kulit banyak


pandawa menerima wangsit untuk mempersiapkan wisuda senopati senopati perangnya untuk berperang dalam bharata yudha. sementara itu ada syarat yaitu membangun jalan dari kayangan ke tegal kurusetra untuk menjadi jalan para dewa yang akan menyaksikan perang bharata yudha. nah jalan dari kayangan itu akan melewati alas tunggulrono yang menjadi kawasan penguasa gatotkaca.
siapa bisa menyelesaikan tugas itu akan diwisuda menjadi senopatinya para senopati dan akan menjadi senopati andalan pandawa dalam perang bharata yudha. tugas diserahkan kepada gatotkaca yang digadang gadang pendawa untuk memimpin barisan pandawa saat melawan kurawa. sementara itu gatotkaca mendapat mimpi buruk,dalam mimpinya dia hanyut dalam sungai yang airnya kotor(keruh)dan bisa bertahan dengan cara memegang akar pohon cendana. merasa ada sasmita tak baik gatotkaca segera pamitan untuk menghadap gurunya eyang seto.

sementara di trajutisna sutedjo aka boma narakasura merasa geram mendengar pandawa akan menobatkan gatotkaca menjadi senopati. boma narakasura memang musuh bebuyutan gatotkaca. dia kemudian bertekad merebut pekerjaan membuat jalan tersebut dari tangan gatotkaca. maka kemudian dia berhasrat untuk mneminta bantuan ayahnya prabu kresna di kerajaan dwarawati. rombongan trajutisna dipimpin oleh boma narakasura, patih pancatnyono dan punakawan (bilung dan togog) berangkat menuju dwarawati bersama ratusan prajurit raksasa.

sementara di ngamarta puntodewo mengutus antaredja ke dwarawati menjemput prabu kresna dan abimanyu ke pertapaan eyang abiyasa.tujuanya untuk menghadiri dan memebri restu saat pelantikan sneopati muda pandawa. maka berangkatlah abimanyu dan para punakawan (semar,gareng,petruk,bagong) ke pertapaan eyang abiyasa. sementara antaredja berangkat ke dwarawati.

di keraton dwarawati kresna menerima rombongan trajutisna. sutedja meminta kresna menerima permintaan dirinya untuk mengambil alih tugas dari gatotkaca untuk membuat jalan dari kayangan ke tegal kurusetra. dengan harapan bahwa boma narkasura aka sutedja bisa diangkat menjadi senopati pandawa. kresna condong kepada keinginan anaknya. kemudian datanglah rombongan ngamarta dibawah pimpinan antaredja, yang meminta prabu kresna untuk datang ke ngamarta.merasa bahwa ayahnya akan mendukung pihak gatotkaca dengan hadir ke ngamarta, boma naraksura membuat geger dengan menolak permintaan antaeja dan mengajaknya keluar dari paseban ke alun alun.
bomanarakasura meminta antaredja balik dan melapor bahwa ayahnya kresna menolak untuk dibawa ke ngamarta.antaredja menolak karena prabu kresna sendiri belummemberi keputusan menolak atau menerima. karena samasama ngotot terjadi pertempuran. dalamperkelahian pertama bomanarakasura jatuh terlentang terkena pukulan antaredja. setelah dibangunkan bilung dan togog boma narakasura maju dan berhasil menggigit antaredja dengan siyung saktinya, giliran antaredja yang terkapar.
bilung dan togog menasehatkan agar sutedja mundur,karena antaredja memiliki upas yang sangat sakti,dan menjelaskan bahwa kakek sutedja bhatara naga raja masih punya hubungan saudara dengan kakek antaredja bhatara anantaboga. tapi sutedja ngotot melanjutkan perkelahan karena yakin menang. antaredja bangun dan menyemburkan bisanya. bomanarakasura jatuh bergelimpangan. sutedja lalu memanggil patih pancatnyono dan memerintahkan bala raksasa trajustisna mengeroyok antaredja.

patih setyaki keluar memisahkan perkelahian, antaredja mau berdamai tapi pihak trajutisna ngotot. ahirnya setyaki menghajar bala tentara raksasa trajutisna. boma narakasura tidak terima dan gantian berkelahi dengan setyaki. setyaki menghajar bomanarakasura sampai di pisah oleh prabu kresna. pada bomanarakasura kresna berpesan untuk datang ke pertapaan kakeknya dari pihak ibu, naga raja dan meminta bantuan padanya.sementara sri kresna ikut antaredja ke ngamarta.

sementara di pertapaan resi seto, gatotkaca menghadap resi seta. disana gatotkaca bercerita tentang tugasnya membuat jalan dari kayangan sampai tegalkuru setra dan meminta restu sang resi. resi seto memberikan restunya dan sekaligus membabarkan arti mimpinya gatotkaca. arti mimpi itu adalah bahwa dia akan difitnah oleh orang dekat yang masih saudara dengannya, untungnya gatotkaca bersikap satria dan ahirnya selamat.resi seto memberikan perlambang bahwa yang bakal menghalanginya adalah orang yang menjadi musuh gatotkaca dalam lakon pecahnya topeng wojo.
gatotkaca kemudian merasa bimbang mengetahui bahwa musuhnya adalah bomanarakasura dan berniyat melabraknya tapi dilarang resi seta.dia diutus untuk datang kengamarta karena dalam penglihatan resi seta,ngamarta kemasukan penyusup yang mempunyai sikap angkara murka.resi seta berjanji untuk mengikutidrai belakang dan memberikan pengawasan serta perlindungan kepada gatotkaca.

gatotkaca meminta sifat kandel berupa ilmu tambahan kepada resi seta. gatotkaca meminta ilmu brajamusti, dan diberikan oleh resiseta dengan syarat syarat antara lain,mandi di 7 tempuran sungai, bersabar kepada segala mahluk, dan puasa ngalong mutih mbisu selama 40 hari plus menjauhi wanita selama dalam laku. halini disanggupi oleh gatotkaca.

gatotkaca setelah menerima aji brajamusti pun undur diri kembali ke ngamarta. resi seta lalu mempunyai kehendak menguji mental muridnya gatotkaca. resi seta berubah malih rupa jadi cewek dan menggoda gatotkaca. untung gatotkaca yang digoda dapat bertahan,maka luluslah ujian gatotkaca. dan gatotkaca melanjutkan perjalanan ke ngamarta diikutin dari belakang oleh resiseta.
alkisah di pertapaan eyang bhatara naga raja, kedatangan tamu cucunya raja trajutisna bomanarakasura. disana ada juga pertiwi istri kresna sekaligus ibu boma naraksura dan anak naga raja. bomanarakasura mengaturkan maksud kedatanganya. pertama kalinya bhetara naga rajamenolak permintaan cucunya dan menasehati supaya cucunya kembali ke jalan yang bener.

tapi sutedja memaksa dan mengancam bunuh diri jika ditolak, pertiwi ibunya lalu mendukung kemauan anaknya dan berpamitan pada ayahnya untuk memebrikan bantuan kepada anaknya. ayahnya naga raja ahirnya menyetujui memberi bantuan setelah didesak anak dan cucunya.lalu naga raja yang berbentuk ular besar ini berubah wujud menjadi raja gagah berjuluk prabu slih warna supaya tidakdikenali dalam menolong cucunya mencapai cita citanya.maka bergeraklah rombongan trajutisna menuju alas tunggulrono untuk mulai membabat alas dan membuat jalan.

di jalan togog dan mbilung tahu bahwa naga raja menyamar, mereka menasehati naga raja untuk tidak meneruskan kelakuanya,tapi naga raja tetep berniyat terus membantu menolong anakny dan cucunya.anaknya pertiwi disuruh untuk bertapa dipantai dengan pesan jangan pulang jika belum mendengar kabar gatotkaca mati.

di alas tunggulrono pasukan trajutisna bertemu gatotkaca dan perkelahian terjadi. gatotkaca berhasil memukul mundur balatentara trajutisna, sampai ahirnya prabu silih warna maju. dalam perang melawan prabu silih warna gatotkaca terlempar setiapkali terbang melewati kepala prabu silih warna.sampai ahirnya gatotkaca terlempar jauh kebelakang dan bertemu gurunya eyang seta.eyang seta dengan kewaskitaanya tahu bahwa yang dihadapi gatotkaca adalah dewa, maka eyang seta masuk ke tubuh gatotkaca dan ikut maju perang.

kali ini prabu silih warna bisa dikalahkan, dan ahrnya pasukan trajutisna dimundurkan sementara. resi seta keluar dari wadag gatotkaca dan menyuruh gatotkaca meneruskan perjalanan ke ngamarta. sementara di pertapaan eyang abiyasa abimanyu dan punakawan telah sampai. eyang abiyasa memberikan suatu lamat atau perlambang bahwa akan terjadi peristiwa yang buruk terhadap abimanyu dan ngamarta. abimanyu dan punakawan disuruh segera kembali ke ngamarta.

dijalan abimanyu bertemu denganbalatentara trajutisna, perang terjadi dan raksasa banyak yang tewas. tapi karena ketetapan dewata maka sekalipun sehari mati 7kali ada ketetepan bahwa raksasa raksasa trajutisna baru bisa mati jika tuannya sutedja aka bomanarakasura mati. maka setelah dibunuh raksasa itu hidupkembali dan berlarian kocar kacir meninggalkan abimanyu dan para punakawan.
didalam hutan tunggul rono abimanyu bertemu gatotkaca, dan disitu gatotkaca membunuh abimanyu. abimanyu tak mau melawan dan tewas di tangan gatotkaca. punakawan kebingungan dan membawa mayat abimanyu ke istana ngamarta. di istana gatotkaca telah hadir bersama dengan para pandawa, prabu kresna juga ada dan baru berucap kata kata. prabu kresna mengusulkan agar mulai saat itu di ngamarta diadakan hukuman mati.puntodewo dan para pandawa menyetujui.

suasana kaget ketika punakawan masuk dan membawa mayat abimanyu. pandawa kaget dan menanyakan siapa yang membunuh abimanyu.petruk menjawab yang membunuh adalah gatotkaca. kresna meminta gatotkaca dihukum mati atas kesalahanya. bimamarah dan menusukan kuku pancanaka ke tubuh gatotkaca dan melemparkanya ke angkasa. sadewa yang paling cerdik daripandawa mendekati petrukdan berkata bahwa petruk salah dalam melapor, dia yakin bahwa yang membunuh abimanyu bukan gatotkaca.
 
sadewa lalu menemui resi seta dan menceritakan segalanya. resi seta lalu membuat rencana menangkap naga raja. dikisahkan naga raja yang berubah menjadi prabu silih warna kaget karena ada gatotkaca muncul dihadapanya. ternyata itu adalah anaknya raden pratiwi anggono adik dewi pratiwi. rupanya sri kresna sudah membuat rencana agar pratiwi anggono menyamar menjadi gatotkaca dan membunuh abimanyu ketika kresna masuk ngamarta untuk minta diadakan hukuman mati.

abimanyu dibuang kelaut karena kresna mngaku kembang wijaya kesumanya hilang dan tak bisa menghidupkan kembali putra pandawa itu. sementara mayat gatotkaca jatuh di tempat nagaraja dan pratiwi anggono bertemu. karena kaget maka buta trajutsina menusuk nusuk tubuh gatotkaca dengan senjata.bukanya matimalah bangun dan melihat ada gatotkaca palsu, maka seketika ada gatotkaca kembar di tempat itu. gatotkaca berperang melawan gatotkaca.

resi seta dan punakawan sampai di tempat kejadian.resi seta meringkus naga raja, dan gatotkaca asli meringkus gatotkaca palsu yang berubah wujud menjadi wujud aslinya raden pratiwi anggono. mereka dibawa ke ngamarta untuk diadili. sementara di tengah laut tubuh abimanyu dimainkan gelombang dan sampai ke tempat dewi pratiwi. dewi pratiwi lalu menyembuhkan luka abimanyu dan bertekad menuntut gatotkaca.

kraton ngamarta gempar, meua terbongkar, ahirnya naga raja dan pratiwi anggono dilepas karena abimanyu ditolong oleh dewi pratiwi. sementara kresna diminta untuk membantu gatotkaca merampungkan tugansya bersama seluruh kekuatan naga raja, pratiwi anggono, dan balatentara trajutisna.dan kresna pun menyanggupi tugas tersebut.

sumber : http://caritawayang.blogspot.co.id/2015/06/gatotkaca-kembar.html